“Om, titip kertas folio bergaris, ya!” ujar keponakan, kala itu.
“Buat apa?” tanya saya.
“Buat ngelamar pekerjaan.”
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tanpa saya sadari, keponakan yang dulunya bercanda dan bermain dengan saya, sekarang dia berurusan dengan pekerjaan.
Menengok dari secuil dialog di atas, zaman semakin canggih. Namun, masih saja ada orang-orang yang bermodal CV atau bahkan ada yang memakai kertas folio bergaris-garis. Padahal bisa jadi belum cukup berhasil untuk mendapatkan pekerjaan.
Toh, saya juga tidak bisa memberi masukan karena status keponakan saya fresh graduate. Dan masih belum tahu passion atau kecenderungannya. Ditanya mengenai hal tersebut, dia masih mikir-mikir atau tak dapat menjawab secara langsung. Kemudian, setelah beberapa masa, barulah saya tahu kalau dia suka dengan fashion atau busana.
Buat adik-adik, temukan passion kalian. Passion itu pasti ada di diri kalian, bahkan sudah melekat pada diri kalian. Namun demikian, kalian belum menemukan passion dalam diri kalian. Mumpung masih muda, agar kelak pada masa depan skill-mu semakin matang atau banyak pengalaman.
Jika kita ingin dilirik oleh perusahaan setidaknya harus memiliki sejumlah karya, yang kemudian dapat dibuat portofolio. Portofolio dibutuhkan jika kita ingin melamar pekerjaan di bidang-bidang tertentu. Misal, seperti kepenulisan. Ya, bidang saya sendiri. Cara kita menujukkan dan mendokumentasikan portofolio terkadang juga menjadi hal penting yang dinilai oleh pihak recruiter.
Biasanya perusahaan atau instansi akan melakukan background check dengan melihat jejak digital calon pegawai di internet. Bagi mereka menjadi nilai tambah jika jejak digital ada. Sehingga dapat meyakinkan HRD. Bahkan sebelum HRD berjumpa dengan kita.
Website yang sedang Anda baca ini adalah portofolio saya. Keberadaan website saya sadari sangat penting. Karena website saat ini dimiliki secara global. Ada sejumlah milyaran website yang tersebar di seluruh dunia. Artinya, dengan meroketnya users, ada banyak orang yang menyelam dan berenang mencari informasi. Rata-rata job yang berhubungan dunia kreatif selalu melihat portofolio terlebih dahulu sebelum menjadi positif direkrut.
Dalam pertumbuhannya, website kian merakyat dan mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Termasuk saya, untuk tujuan pribadi, seperti berbagi pengalaman kepenulisan atau literasi baca-tulis.
Bagi saya, website adalah ‘wajah’ saya yang kedua. Yang dimana ‘wajah’ saya akan terang oleh recruiter atau HRD tanpa harus berjumpa dengan saya secara langsung.
‘Wajah-wajah’ atau karakter tersebut diantaranya bisa dilihat dari tampilan template, layout tulisan, speed website dan tentu konten websitenya.
Konten atau tulisan menjadi hal yang harus diutamakan. Dari tulisan akan memberi informasi kepada siapa pun tentang jasa atau produk yang sedang ditawarkan. Dan tulisan ini harus di update secara berkala. Tapi harus relevan dengan skill yang kita tawarkan ataupun perusahaan perlukan.
Salah satu ‘penyakit’ dari seorang penulis adalah ketidaksinambungan menulis. Kalau kata seorang ustaz, ‘istikamah’. Istikamah adalah satu hal yang amat penting bagi kebiasaan yang kemudian menjadi karakter dari seorang itu. Penyakit ini melanda saya. Jangan pula kepada Anda jika ada keinginan membuat website juga.
Jika kita mempunyai website, maka meningkatlah kepercayaan klien kepada kita. Karena rata-rata orang akan pergi ke informasi di Google dulu baru kemudian melakukan interaksi. Dengan munculnya website kita pada hasil pencarian Google, tingkat kepercayaan klien terhadap profil kita akan meningkat. Karena website membuat profil seseorang lebih nyata, kredibel atau terpercaya. Bahkan pebisnis-pebisnis mengatakan bahwa website adalah salah satu kunci sukses sebuah bisnis atau usaha.
Website saya sendiri telah saya presentasikan kepada sejumlah klien, yang menurut saya klien ini orang-orang dengan background wah. Kemudian, klien-klien ini memakai jasa saya sebagai penulis dari kisah hidup mereka, diantaranya:
Pak Khalid Ashari (Owner Senyum Media), Pak Subadianto (anggota DPR Trenggalek), Embah Trisno (Founder Padepokan Jamaah Dzikir Wengi), Kung Iman Suligi (Founder TBM Kampoeng Batja) dan tokoh-tokoh lainnya yang tidak saya sebutkan namanya karena unsur kode etiknya.
Wadah sharing pengalaman
Apapun hobi atau pengalaman kita, semuanya dapat dituang di dalam konten di website. Saya berkata seperti ini, karena berkaca dari pengalaman sebagai pegawai ekspedisi. Bekerja di bidang ekspedisi pun dapat saya jadikan tulisan—yang kata teman-teman—menarik juga. Yang saya pikir sebelumnya ekspedisi amat jauh dari kegiatan literasi atau pun ide. Pun dengan teman saya yang seorang gardener, dia bisa memberikan ilmunya, seperti merawat pohon kopi, tips agar tak terkena hama, pengalaman berkebun saat hujan deras, dan lain-lainnya. Tulisannya pun sangat menginspirasi. Dan bidang-bidang lainnya, seperti sastra, seni, travel, otomotif, teknologi, desain, fotografi, parenting, kuliner, dan masih banyak lagi tema-tema lain yang bisa kita jadikan sebagai tema utama untuk website pribadi.
Wadah Menuangkan Opini
“Haduh, nulis apa, ya?” mungkin Anda sempat memikirkannya. Jangan bingung, apa pun dapat ditulis di website Anda. Tak harus tulisan baku atau resmi untuk tujuan direkrut di suatu instansi atau perusahaan. Niatkan untuk kepentingan pribadi seperti menuangkan opini dan pengalaman agar lebih luwes dibaca. Yang penting tak membuat orang gaduh dan tak nyerempet ke SARA.
Semoga bermanfaat. Khususnya untuk penulis-penulis pemula yang ingin muncul di permukaan yang keruh (keruh pesimis). Kalian bisa!
Menginspirasi tulisannya Bro....
BalasHapusTerima kasih selalu berkunjung...
Hapus