Dua hari yang lalu, Wasis, teman saya menyodorkan flyer digital mengenai travelling 10 hari ke Turki. Ada 6 tempat yang dituju, Mardin, Adiyaman, Sanliurfa, Gaiziantep, Cappadocia, dan Istanbul. Travelling (mungkin) kini semakin populer di kalangan masyarakat.
“Oh, ke Turki, Mas? Boro-boro, Mas, saya enggak kepikiran pergi ke sana, kecuali ada yang mengajak.”
Teman saya tertawa di belakang kemudi pikep.
Bagi saya travelling satu paket dengan pekerjaan saya yang setiap hari keliling ngantar kotak paketan (hehe). Memang sih bukan ngantar paketan ke luar negeri, masih dalam negeri, atau lebih pasnya lagi, di dalam provinsi, persisnya lagi di kawasan Tapal Kuda (Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Jember, Lumajang) dan ditambah Probolinggo.
 |
Segede-gede ini paketan yang saya hantar.
|
Bagi saya, ke mana pun perjalanan yang dituju, setiap destinasi tentu memiliki arti. Tak harus ke luar negeri. Umumnya orang-orang menangkap makna perjalanan dengan memotret atau ada juga yang memvideokan. Hasilnya selalu menjadi kenangan atau sejarah setelah sampai di rumah mereka. Rata-rata umumnya mengabadikan jejak perjalan dengan cara tersebut.
Sebenarnya, selain memotret dan memvideo, ada juga cara lain yang bisa diambil, yakni menuangkan dalam bentuk tulisan. Pengabadian dengan cara ditulis ini bisa jadi sumber inspirasi bagi orang lain. Apalagi, kita sebagai manusia, ingatan kita lama-lama tergerus pada kurun waktu tertentu sebab daya ingat semakin menurun.
(Baca tulisan saya : PENULIS TRAVELLING)
 |
Malioboro, Medan, Banda Aceh, Pulau Sabang, Pulau Rubiah.
|
Foto kolase di atas adalah potret kenangan travelling saat saya masih lajang. Banyak tempat menakjubkan yang saya tuju. Apabila kalau ditulis, maka cukup berjibun kisah menarik yang saya dapatkan . Akan tetapi, saya menuangkan kisah-kisah jaka tersebut mungkin suatu hari nanti. Saya ingin berbagi tulisan dengan Anda pada saat saya berada pada dimensi lain, pada saat saya sudah berkeluarga dan bekerja. Sebelumnya, dalam benak saya, berkeluarga dan bekerja adalah dua hal yang membuat gerak saya terbatas. Apakah sepemikiran dengan saya? Namun, kenyataan bahwa itu hanya isi kepala saja, saya masih bisa travelling (jalan-jalan versi saya) dan tetap bisa menyempatkan menulis.
Bagaimana sih caranya menuliskan perjalanan kita? Kenapa harus ditulis? Capek banget deh, tinggal cekrek aja kok terus upload deh. Ini malah ditulis!?
Perbaiki Niat
Pernyataan dengan tulisan merah di atas itu menjadi point pembuka bagaimana cara menulis cerita travelling atau perjalanan kita dan kenapa harus ditulis?
Well, luruskan dulu niat kita menuliskan perjalan kita lewat tulisan.
Jadi apa niat kita untuk menulis perjalan?
Niatkan dalam hati agar sisi manusiawi kita semakin manusiawi dengan tulisan. Kita menulis niatkan untuk menginspirasi atau membantu para pembaca yang ingin tahu suatu tempat. Dalam konteks ini membantu bagaimana cara menulis 'perjalanan jalan-jalan' mereka. Ingat, sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi manusia yang lainnya, itu manusiawi sekali. Kita diciptakan Tuhan untuk berbuat baik kepada manusia yang lainnya.
Jika niat sudah benar atau baik, pasti tercipta tulisan yang manusiawi.
Tetap, jangan berharap pujian dari manusia, kembalikan saja kepada pembaca untuk penilaian tulisan apakah baik, bagus, apa sebaliknya. Kembalikan saja kepada niat baik kita sebagai manusia yang manusiawi. Titik.
Ceritakan dengan Mengalir
Dua hari yang lalu, tepatnya hari minggu, saya dan teman saya harus lebih berhati-hati dengan cara mengurangi kecepatan kendaraan ketika melewati kawasan hutan di Jalan Raya Banyuputih, Situbondo. Di tepian jalan ada banyak monyet dengan tingkah polahnya, ada yang tan-petan, duk-duduk, riang berlarian, jat-manjat dan rupa-rupa tingkah lainnya.
Lebih baik, jika melewati jalan tersebut, kita harus mempersiapkan segalanya hingga bisa lancar sampai tujuan. Utamanya kendaraan kita, sebab di sana tak ada tambal ban, di sepanjang perjalan jalan Raya Banyuputih hutan-hutan kering kerontang dan panas, tak ada juga pom bensin. Yang ada monyet-monyet belaka.
 |
Dari Banyuputih, Situbondo hingga tembus ke Pantai Watu Dodol, Banyuwangi.
|
Nah, demikian gambaran saya waktu melewati Jalan Raya Banyuputih. Kalau diceritakan dengan sangat detail, habislah kopi saya di bab ini saja. Hehe. Intinya, menulislah dengan apa adanya. Jangan cari-cari cerita tambahan. Misalnya mencari sesuatu yang tidak ada, misal seperti mitos-mitos ketika malam hari saat melewati di jalan itu. Kecuali kalau pernah mengalami sendiri.
Sertakan Foto atau Video
Apa daya, jika menulis tanpa ada bukti foto atau video? Mungkin dikira hanya tulisan saduran belaka, atau jiplak dari tulisan perjalan orang lain. Foto atau video adalah unsur visual yang menjadi bukti atau fungsi untuk menguatkan tulisan kita. Dua unsur ini yang menguatkan; visual dan teks, sehingga hasilnya lebih spesifik.
 |
Tape adalah jajanan khas Bondowoso.
|
Punya Visi
“Mas Saad dulu jurusan sastra?” tanya seseorang setelah membuka website yang sedang Anda baca ini.
“Enggak,” jawab saya.
Dari dialog singkat ini saya mengambil kesimpulan bahwa orang yang bisa menulis belum tentu mereka jurusan sastra. Tidak usah jauh-jauh, contohnya saya. Nah!
Begitu juga dengan seorang travel blogger harus bisa menulis konten yang menarik. Blogger tak harus dari jurusan sastra. Yang penting mau belajar dan belajar. Dan ciptakan tulisan kredibel dan otentik, jika demikian sama halnya seperti kita membangun reputasi yang baik.
Saya menulis tentang unsur travelling ini gara-gara semenjak bekerja di ekspedisi, yang membuat saya berkeliling ke berbagai tempat, berbagai daerah kecil, dan tempat yang menyuruk tersembunyi. Semua itu menarik bagi saya.
Kalau kita kontinu dalam menulis serta menyajikan tulisan perjalanan yang menarik, siapa tahu jadi jalan rezeki. Misalnya diajak bekerjasama oleh perusahaan travel, dan ada kesempatan menikmati jalan-jalan gratis, atau menjadi narasumber untuk berbagi kisah saat traveling, dan bentuk kerja sama lainnya.
Masukkan Insight
Pernah mendengar Danau Ranu Pakis? Mungkin bagi orang Lumajang sudah tak asing lagi. Danau itu berada di Desa Ranu Pakis, Kecamatan Klakah, Lumajang. Sebuah destinasi wisata yang sudah sejak lama saya tulis dalam sebuah buku biografi Iman Suligi. Iman Suligi lahir tidak jauh dari danau tersebut. Namun tak pernah sekali pun saya pergi ke sana.
 |
Signboard ke Ranu Pakis.
|
Pada tanggal 20 Oktober 2021, Rabu, saya secara tak sengaja distribusi ke alamat RT 1 RW 6, Desa Ranu Pakis, Dusun Nangkaan. Saya kaget bukan main, penghantaran paketan itu rupanya melewati Danau Ranu Pakis. Alamat penerima bisa dibilang “lima langkah dari rumah”. Saya bersyukur kepada Sang Literator Kehidupan telah diarahkan ke sana.
 |
Welcome to Ranu Pakis.
|
 |
Pesona Ranu Pakis, petang, jam 16:14.
|
Dikutip dari buku Koeng: Meniti Jalan Literasi, pada halaman 5,
"...cuaca dingin mencekam ketika ada peristiwa alam yang dikenal dengan musim koyok, yakni musim dimana kandungan belerang naik, sehingga danau bau belerang dengan cukup kuat. Ikan-ikan biasanya teler di permukaan danau."
Itulah peristiwa alam yang terjadi di danau tersebut. Suatu wawasan atau insight yang menarik bagi saya. Jadi, dalam menulis tulisan travelling harus ada unsur pengetahuan yang dibubuhkan dalam tulisan. Ini penting, karena dimana pun tempatnya akan menjadi menarik dan bermanfaat, jika kita tahu apa yang unik di suatu tempat destinasi yang kita tuju, pun sesuatu yang remeh sekali pun. Pembaca akan merasa terbantu, atau justru ingin merasakan apa yang kita alami secara langsung. Jadi, cari angle yang unik atau tak biasa tentang keindahan alam, atau budaya, atau mitos, atau sejarah, bisa juga kuliner, serta sesuatu yang menarik lainnya.
Akhir kata, semoga tulisan saya menginspirasi Anda supaya tak melupakan sejarah travelling Anda dengan cara menuangkan dalam bentuk aksara. Semoga bisa membantu traveller lainnya dalam menyusun kata. Optimis bisa!
Apa hal atau peristiwa atau kejadian yang menarik di daerahmu, kawan?
Sila tulis pada kolom komentar ya!
Artikelnya sangat menarik dan informatif kak
BalasHapusMakasih kak. Saya juga berkunjung ke web REGOLT LANDSCAPE. Bener-bener tim yang solid deh. Bisa nih ingat kakak kalau cari jasa pembuatan kolam ikan, kolam minimalis, tapi sayangnya di Jakarta ya...
HapusDi Jember sendiri ada saudara yang sebenarnya perlu jasa kakak untuk perbaiki kolam terus pasang filter kolam ikan koi.
Hobi travelling ya gan.. seru nih
BalasHapusHobi dong...
HapusThanks alot My Daily Ways, Knowledge and Experience.
Renyah tulisannya, seperti kerupuk....bagus mas Saad, bisa dibukukan nanti...hehe
BalasHapusWah! Ada owner penerbit Nur Media Publisher!
HapusSuhu nih!
Renyah punya suhu lah! Saya secara belajar sama sampean.
Terima kasih sudah visit.