Mei 16, 2021

Idealisme Kalah oleh Kekuatan Uang
idealisme uang
Catatan pribadi...

Manusia memang harus realistis tapi adakalanya perlu meninggalkan idealismenya. Contohnya saya, ketika tahun 2009 dan 2010, hampir satu tahun ke sana ke mari mencari pekerjaan tidak pernah dapat. Akhirnya saya merantau ke negeri jiran. Padahal sebelumnya, saya beridealisme bahwa di dalam kota sendiri, di dalam negeri ini, saya bisa bakal mendapatkan pendapatan atau uang atau pekerjaan. Dan waktu itu saya sedang semangat-semangatnya belajar menulis (bahkan sampai sekarang tetap belajar, makanya jangan kaget kalau masih ada kesalahan di dalam tulisan ini). Menjadi penulis seperti Tere Liye atau Andrea Hirata atau Ahmad Tohari, mengharumkan negeri seperti mereka lewat jalur literasi. Tapi rupanya, menulis, kemudian menerbitkannya tak semudah apa yang saya pikirkan. Pada tahun itu tak ada satu pun yang saya kenal penulis atau pegiat literasi atau ilmu tentang perbukuan keaksaraan. Jadi, ya terpaksa saya tinggalkan idealisme saya dan mencari jalan hidup lain, dengan merantau ke negeri jiran.

Begitulah hidup.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: 

Apakah uang bisa mengubah idealisme seseorang?
Bisa. Contohnya anggota DPR. Saat belum menjadi menjadi DPR, dia masih idealis, semangat menebarkan angan-angan, “jika nanti saya terpilih, maka saya akan berusaha memajukan daerah ini!” misalnya seperti itu. Tapi, setelah menjabat dari anggota DPR, uang menyapanya dan dia terbuai oleh uang. Akhirnya tidak kuat. Maka idealisme dilupakannya. Seolah uang itu terlalu gurih untuk disia-siakan.

Begitulah hidup.

menulis menghasilkan uang
Hobi dan uang, kadang tak sinkron.

Jadi, dalam hidup itu tidak boleh terlalu idealis. 

Bukan berarti menjalani hidup seperti yang dilakukan tikus berdasi itu. 🐭 Karena dampak negatif dari perbuatan tikus-tikus itu besar. Maka dari itu tidak boleh idealis karena hidup ini acak. Kita berencana, tapi tak semua rencana itu mulus. Allah, Sang Empu rencana, karena-Nya hidup semakin hidup, rencana yang gagal itu artinya level kehidupan semakin meningkat. Kesabaran harus digunakan untuk sampai 'puncak' keikhlasan menjalani pendakian yang tak kunjung sampai, namun kelak ketika sampai saya, atau pun pembaca, akan merasakan manisnya perjuangan.

Sekarang saya mencoba menggeser mindset untuk tidak terlalu bersikap perfeksionis dalam setiap aspek. Sebab saya menyimpulkan bahwa semakin ke depan, kehidupan manusia akan semakin berkembang dan bertumbuh, maka pandangan saya soal hidup akan berbeda juga. Memberikan ruang pada diri untuk berbuat salah dan menyikapinya dengan tepat buat saya jauh lebih bermanfaat daripada mempertahankan idealisme yang tak membuat maju-maju.

Catatan saat Harapan Jaya dari Jember ke Galek.

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

2 Comment:

  1. Hemmh, suka sama topiknya..

    Btw menurut saya, kadang hidup terlalu idealis dan perfeksionis itu egois. Bahkan kadang membuat jiwa sosial kita berkurang..

    BalasHapus

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422