Bekerja di rumah terbagi menjadi dua manajemen waktu, yakni;
waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga.
Jika berhasil mengatur waktu pada kedua waktu itu, maka bisa dibilang kita telah berhasil. Dengan bekerja di rumah, kita jangan sampai melupakan tugas penting mengurus keluarga (bagi yang sudah berkeluarga). Tentunya akan ada banyak konflik kepentingan yang terjadi, terutama tanggung jawab mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan juga mengembangkan usaha yang sedang kita geluti.
Bagaimana cara menciptakan harmonisasi dua kepentingan tersebut? Jawabannya sebenarnya saya dapatkan dari materi yang berseliweran di group WhatsApp. Pasalnya banyak pemateri-pemateri yang mengambil tema “Work from Home” ini sebagai solusi pemecahan masalah ketika bekerja di rumah. Sebagaimana saya dapatkan di group TJI (The Institute Jannah), Wadah Literasi Nusantara, dan beberapa group dan komunitas lainnya. Sebagiannya lagi saya tambah dari pengalaman pribadi sebagai kolumnis bagi website pribadi ini. Mengingat website ini setiap hari terisi konten terbaru, meskipun cuma satu bab tulisan saja. Karena memulai itu mudah, tapi konsisten belum tentu mudah. Tulisan ini sekaligus jawaban untuk teman yang bertanya bagaimana saya membagi waktu bekerja dengan orang, disisi lain mengisi konten di website ini, dan waktu untuk keluarga. Berikut ini tips yang bisa kita terapkan bekerja di rumah. Diantaranya:
Buat schedule awal ‘To Do List’ setiap malam hari
Ketika hari mulai gelap, coba sempatkan untuk berpikir sejenak apa yang hendak dilakukan keesokan harinya sebelum rasa ngantuk datang. Sebelum kita tidur, sempatkan untuk mengambil kertas atau media apa pun untuk mencatat. Bisa juga ditulis
di mading Tulis daftar segala hal yang akan dirancang atau dikerjakan besok hari.
Bentuklah kebiasaan tersebut. Kegiatan remeh tapi dampaknya besar karena pikiran bawah sadar kita atau anggota tubuh kita akan terbiasa mengambil tindakan segera sebelum terpejam tidur. Manfaat-manfaat menulis catatan setiap hari bisa Anda simak dengan klik pada bab
Manfaat Menulis Catatan Harian. Sebab semua orang, termasuk saya (yang sedang membangun nama website ini) pasti mempunyai berbagai aktivitas dan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Misal besok hari saya selain urus usaha, bersamaan itu pula ada kegiatan keluarga.
 |
Bisa juga buat mading pribadi buat to do list (sila baca di sini)
|
Dengan bermacam aktivitas dan deadline pekerjaan biasanya akan membuat bingung jika tidak terorganisir dengan baik. Agar semua aktivitas bisa terjadwal dengan baik, maka kita harus menulis jadwal harian agar tidak ada kegiatan atau aktivitas yang terlewat dan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kemudian kita check list atau menandai yang sudah atau belum dikerjakan agar tidak kelupaan.
Membuat Jadwal Anak-Anak
Saya kadang merasa, 'sudahlah sampai disini saja usahaku.’ Rasa menyerah ini ada, apalagi ketika saya sudah berkeluarga dan punya anak (satu) usianya hampir 2 tahun. Kehadiran anak ini kadang mengganggu fokus saat saya sedang menulis, menuntaskan pekerjaan, atau berpikir yang membutuhkan analisis dan planning.
Tapi lagi-lagi ada moodboster yang tak terduga-duga, tepatnya di WAG mengenai young mom bernama Mbak Prita. Seorang pegiat literasi. Kondisinya sama persis seperti saya, tapi sepertinya level kesulitannya lebih tinggi. Kenapa? Karena dia sudah punya dua anak, yang kedua-duanya yang aktif semua (3 tahun dan 10 bulan). Ditambah lagi sakit gigi yang mendera sebulanan. Tidak terbayang bagaimana kesulitannya. Tapi, tetap beliau bisa meng-handle semua akun-akun medsos, belum lagi menghidupkan grup literasinya. Luar biasa!
Biasanya, anak perempuan lebih bisa mengatur waktu belajar dan bermainnya dibandingkan dengan anak laki-laki. Sebagai orangtua, kita kudu ambil andil membangun disiplin dalam diri anak. Ketika anak kita masih sulit melakukan manajemen waktu dengan benar, kita harus memaafkannya, karena keterampilan mengatur waktu ini butuh waktu belajar yang bertahap. Memarahinya adalah cara yang sangat buruk untuk mendidik anak.
Kalau misalkan si anak masih belum cukup umur untuk paham mengenai jadwal-menjadwal ini bagaimana? Misal di bawah umur 4 tahun ke bawah.
Dibutuhkan kerja sama antara suami-istri. Layaknya saya, ketika hendak menulis blog ini, saya harus bangun lebih awal sebelum subuh. Berkomitmen kepada istri bahwa ketika si anak bangun, saya harus memberhentikan kegiatan menulis. Sebab karakter anak saya masih perlu perhatiaan yang cepat ketika bangun tidur, kalau tidak segera diperhatikan dia akan menangis sejadi-jadinya. Setelah istri rampung pekerjaan dapurnya, saya serahkan si anak kepada istri dan melanjutkan menulis lagi.
Pilih Menu Masak yang Sederhana
Pada poin ini (utamanya perempuan) harus berkomunikasi dengan pasangan. Jika saling memahami bahwa usaha yang didirikan menyita banyak waktu, akan lebih baik masak yang menunya simple dan praktis, sehingga tak menyita waktu banyak.
 |
Menu yang sederhana dan sehat, sayur kangkung (photo: pbase.com)
|
Biasanya saya dan istri ada PR ketika malam hari setelah anak tidur. PR itu berupa menyiapkan bahan masakan untuk besok.
Misalkan, besok hendak masak tumis kangkung, maka kami berdua akan memoteki daun-daun kangkung pada malam hari, setelah itu menyiapkan bumbu-bumbunya untuk dihaluskan awal pagi. Karena menghaluskan bumbu dengan cobek atau blender pasti akan menimbulkan suara bising saat malam hari, tentunya mengganggu istirahat si anak.
Nah, tiga tips di atas semoga bisa menginspirasi bagi ayah-ibu yang sedang bekerja di rumah. Tetaplah produktif bekerja atau berkarya meskipun di dalam rumah. Tetap patuhi 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga Jarak)!
tipsnya bagus
BalasHapusterima kasih, Kakak....
Hapus