Januari 26, 2021

Menulis jangan Menunggu Sempurna
menulis dengan sempurna
Saya mengawali bidang kepenulisan secara tak sempurna. Secara otodidak. Bahkan mungkin pada tulisan ini Anda masih bisa menemukan kesalahan. 

Dulu, dalam perjalanan menjadi penulis, saya berharap ada seseorang yang selalu mengkoreksi apabila ada kesalahan dalam ketatabahasaan ini. Kemudian, harapan saya muncul. Saya kenal dengan beberapa tokoh literasi di Jember, seperti Kung Iman Suligi. Beliau kadang mengeritik ketika saya melakukan kesalahan pada tulisan saya. Tentu saja ini momen yang saya tunggu-tunggu. Kalau tidak begitu saya akan melakukan kesalahan yang berterus-terusan. Saya berharap beliau sering-sering mengkritik saya. 

Berawal dari kenal Kung Iman, saya pun kenal dengan relasi-relasinya. Baru-baru ini yang sering ‘cerewet’ kepada saya adalah Mas Aris, dari Mojokerto. Seorang pegiat literasi dan—katanya—pegiat olah suara. Hehe. Dia sering mengeritik saya, dan kritikannya bernas sekali. Sebab dalilnya ada di buku PUEBI. Saya sangat berharap teman literasi ini tak lelah mengingatkan saya. 

Nah, jangan bilang lagi kalau saya seorang penulis berbakat. Karena menulis pun harus melalui latihan. Bukan karena bakat. Sila mampir dengan klik di blog tema menulis itu bukan bakat . Saya jauh dari kata sempurna kalau mengenai menulis. Tapi, ketidaksempurnaan ini harus tetap dibenahi dengan terus belajar dan harus bisa terima masukan dan kritikan, agar ketidaksempurnaan itu menjadi sempurna. Akan tetapi, namanya manusia pasti tetap melakukan kesalahan. Karena manusia memang makhluk yang jauh dari kata sempurna. Kesempurnaan hanya milik Sang Khaliq. Maka dari itu, setiap kali kita sibak lembar Katalog Dalam Terbitan (KDT) buku apa pun, kita akan temui editor atau kalau tidak penata aksara yang menyertai seorang penulis ternama. 

Jika Anda tidak bisa menulis dengan sempurna maka yang terpenting adalah Anda sudah menulis dengan sederhana. Karena sebuah tulisan sederhana (yang tercipta) itu lebih baik daripada tidak berusaha sama sekali untuk menulis. 

Apalagi dunia penciptaan dari tangan manusia itu perlu waktu yang panjang untuk kemudian bisa dikatakan sempurna. Mari saya ajak nostalgia lagi. Karena saya termasuk generasi Milenial (lahir kisaran tahun 1981-1994), maka saya menjadi bukti melihat perkembangan zaman yang mengalami transisi dari segala hal yang bersifat analog ke digital. Contohnya saya melihat perubahan Software Windows yang muncul dalam versi 2.0 atau windows 3.0. (waktu itu saya masih SMP). Penyimpanan eksternal masih menggunakan disket. Waktu itu guru komputer saya berkata, “silakan pegang komputer sepuasnya bagi yang belum pernah pegang!” sambil ketawa. Windows tersebut hadir dengan features dan tampilannya yang sangat pas-pasan. Berbeda sekali dengan sekarang ini, misalnya Windows 7 dan Windows XP. 

microsoft yang tidak sempurna
Revolusi Windows (sumber : www.pricebook.co.id).

Kemudian, mundur lagi, masih di awal-awal generasi milenial yakni tepatnya Januari 1983. Pada tahun itu, pertama kali Apple memamerkan produk Apple IIe, yakni produk apple pertama, dan bisa dibilang ‘bapak moyang’ iMac dan Mac pro saat ini. Saat itu Apple IIe memiliki RAM 64 Kb. Dan coba bandingkan dengan iPod touch saat ini, pasti kita bakal keheranan, atau mungkin bertanya-tanya “lemotnya kayak apa tuh?” 

ISI INI
Apple IIe (sumber : www.indiegogo.com)

Kemudian, mundur lagi lebih jauh. Sebelum istilah generasi-generasi pengelompokan manusia ditemukan. Yakni tahun 1885. Motor pertama kali didunia tidak menggunakan bahan besi atau baja, tapi kayu. Posisi mesin berada di tengah, bahan bakar sudah menggunakan bensin. Jika kita tarik ke zaman sekarang, spesifikasinya sangat jauh kalah dan tak akan ada orang yang bakal memakainya di zaman ini kecuali untuk pajangan saja. Nenek moyang motor itu masih kalah dengan kecepatan kuda yang bisa berpacu 40 – 48 km/jam. Sementara motor kerangka kayu itu mampu berkitir 600 rpm sehingga kecepatan maksimalnya hanya 11 km/jam. 

menulis
Motor pertama di dunia (sumber : www.hydrasystemsllc.com)

Dari hal ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa mereka (orang-orang hebat itu) tidak pernah menunggu produknya sempurna. Jika kita masih bersikeras untuk menciptakan produk (tulisan dalam hal ini) dengan sekali buat langsung sempurna, maka sama saja kita tidak menciptakan tulisan sama sekali. 
Selamat menulis buruk!

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

0 Comment:

Posting Komentar

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422

Email:

admin@mediapamungkas.com