“Mulai dari hal kecil untuk hidup lebih bermakna.”
Begitu pentingkah hal kecil itu?
Dari tulisan ke-56 di blog ini, atau tulisan yang sedang Anda baca ini, saya menyapa Anda menggunakan kata “hay…”
Ketika Anda membaca tulisan ini, Anda pasti tahu bahwa tulisan ini awalnya dari satu huruf. Satu yang sepele. Satu yang kecil. Suatu huruf tidak akan berarti bila tidak dipasangkan dengan huruf lainnya. Sebuah huruf yang dipasangkan dengan huruf lainnya akan menjadi suku kata, klausa, frase, kemudian membesar menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat yang dijalin sedemikian rupa bisa menjadi sebuah karya berupa tulisan, apapun genre jenisnya dan bentuknya.
“Hay…”
Sudah banyak karya sastra yang dilahirkan yang membuka mata kita akan sejarah manusia. Karena sejarah manusia diawali dari tradisi menulis. Tradisi inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Tradisi inilah yang meninggikan derajat manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Saya sebenarnya masih belajar cara menulis yang baik. Serta belajar dari hal-hal kecil yang terjadi setiap hari di dalam hidup ini. Hal-hal kecil yang akhirnya menyadarkan diri bahwa hal itu bisa dipadukan dengan serasi, harmonis dan selaras yang akan bermanfaat bagi orang lain. Tapi sebaliknya, hal ini tidak bisa dicapai dengan mudah apabila tidak ada kerjasama dari semua pihak, kerjasama untuk membuat harmoni, membuat keserasian, membuat sebuah ruang yang bisa dimanfaatkan.
Jika kita ingin menjadi hal berguna, maka kita harus memulai dengan hal yang kecil atau remeh. Ambil contoh pada tahun 1950, dimana Steve Jobs kala itu masih belum lahir di dunia. Inspirator itu masih di alam ruh. Orang-orang yang ada pada sekitar tahun tersebut mungkin tak percaya bahwa apel yang kroak (cuil) kelak akan jadi lambang perusahaan besar di dunia. Sehingga 50 tahun kemudian bahwa lambang itu adalah lambang yang mewakili kata inovasi.
Ya, semua hal diawali dari hal yang kecil. Apapun. Jika kita membicarakan dunia maka sesuatu—apapun—yang besar pasti diawali dari sesuatu yang paling kecil sehingga bisa menjadi sesuatu yang besar.
Jika kita ingin menjadi orang besar, kita mulai dari yang sepele dulu. Mari kita lihat lagi beberapa contoh hal kecil yang bisa menjadi sangat besar dan bepengaruh besar pada kehidupan kita, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya titik. Dalam matematika geometri, sebuah titik ketika dihubungkan dengan titik lain akan menjadi garis.
Garis-garis yang dihubungkan satu sama lain akan menjadi bidang, bidang yang dihubungkan akan menjadi ruang. Sebuah ruang yang besar adalah kumpulan dari titik yang memiliki pola interaksi tertentu (panjang kali lebar kali tinggi). Dimensi ruang inilah yang ada di sekitar kita, membentuk dunia kita. Apalagi didukung oleh pernyataan Steve Jobs kala itu ketika pidato di depan mahasiswa Stanford University mengenai dots atau titik.
“You can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future.”
Sebuah titik bisa menjadi apapun dalam ruang, dalam ruang yang tidak terbatas bentuknya.
Apa yang tertuang di blog ini tentang hal kecil yang baik. Sebaliknya jauhi hal kecil yang buruk. Contohnya seperti apa? Salah satunya korupsi. Meski dilakukan dengan jumlah cukup kecil—100 perak sekalipun—kebiasaan ini juga nantinya akan membesar.
Pernah suatu hari saya berkunjung ke sebuah plaza yang menjual pakaian. Selesai membeli, saya menyerahkan uang sebesar lima ribu rupiah kepada tukang parkir. Kemudian tukang parkir mengembalikan kembalian sebesar tiga ribu rupiah. Seharusnya tukang parkir mengembalikan uang sebesar empat ribu rupiah, apalagi untuk parkiran roda dua. Sebab tidak jauh dari tempat parkiran jelas-jelas ada aturan tertulis di banner: "parkir roda empat: Rp 2.000, parkir roda dua: Rp 1.000". Dari tulisan ini, pembaca jangan baper ya. "Halah cuma duek sewu ae, Ad, Ad! Perhitungan nemen! Sedekah! Ikhlaskanlah!" Ya, memang saya ikhlaskan.
Sekali lagi, hal kecil bisa menjadi besar. Lihat tokoh-tokoh publik yang sekarang berada di balik jeruji besi. Mereka terjerat kasus korupsi. Dimulai dari nilai kecil, karena tak puas, mengeruk dengan nilai lebih besar.
Saya juga pernah dimintai uang jasa oleh sebuah instansi pemerintah. Pelakunya memberi kode. Padahal sudah jelas di sana ada banner membentang: "Anda memasuki zona bersih pungli". Yang ini tidak usah tanya bagaimana kelanjutannya. Tidak usah dibahas. Karena beresiko untuk ukuran orang sekecil saya yang tak punya gudang duit ini. Cukup jadi pengalaman tersendiri.
Begitulah, belajar dari hal kecil, kita bisa mendapat banyak sekali manfaat. Salah satunya adalah kita belajar berproses, dan melalui serangkaian proses kecil yang menuntun kita berlahan-lahan menuju sesuatu yang lebih besar.
Mari belajar dari hal kecil (yang baik) untuk menghasilkan sesuatu yang besar (nan baik).
“Hay, terima kasih telah membaca tulisan ini.”
0 Comment:
Posting Komentar