Perjalanan saya menjadi penulis buku panjang sekali. Tidak serta merta “jadi” begitu saja. Intens serius menulis dimulai dari tahun 2010. Tanda keseriusan saya diantaranya membeli buku-buku tips menulis. Sebelum itu, buku panduan menulis yang pertama saya baca sekaligus pemantik pertama datang dari buku “Dunia Kata” karya M. Fauzil Adhim terbitan DAR! Mizan tahun 2004. Buku tersebut saya pinjam dari kakak. Saya kembalikan lagi setelah tuntas membacanya. Bisa dibilang buku ini recommended sekali untuk calon penulis pada tahun tersebut. Bahkan relevan sampai sekarang. Di buku tersebut Fauzil, penulis yang sering menulis tentang pendidikan anak, membakar semangat saya sehingga saya yakin dan tak perlu takut untuk menulis.
Kalimat yang terus terngiang-ngiang setelah membaca buku ini adalah
“Sesungguhnya, penulis yang bersemangat jauh lebih menjanjikan daripada penulis yang berbakat.”
Sungguh, kalimat ini bisa memprovokasi saya untuk bisa maju tanpa keraguan untuk menulis.
Tulisan di blog kali ini, saya akan membeberkan buku-buku panduan menjadi penulis yang pernah saya baca dan saya praktikkan. Mungkin bisa rekomendasi buat penulis pemula. Bukan berarti buku-buku panduan ini bagus dan harus diikuti oleh penulis pemula, akan tetapi saya katakan di sini, semua buku panduan menulis—atau apa pun genre buku itu—adalah guru yang bijak dan pendiam. Bijak karena dia memberi ilmu yang rancak, pendiam karena memang buku itu tidak bersuara, tetapi menyuarakan. Jika di dalam buku tersebut ada yang tersalah kata, maka ia bisa dicoret atau dibetulkan oleh pembaca yang paham kaidah yang benar. Jika ada banyak kesalahan di dalam buku, ia bisa kita corat-coreti, toh, buku tetap bergeming. Walau pun sedikit manfaat yang bisa kita raih di suatu buku, jika tujuannya berupaya untuk kebaikan, maka penulisnya mungkin dapat meraih ganjaran sebesar biji sawi. Begitulah bijaknya buku.
Kembali ke buku panduan yang mengantarkan saya menjadi penulis buku. Ketika saya masih berseragam SMK, bisa dibilang orok dalam dunia kepenulisan, ada buku berjudul “Terampil Berbahasa Indonesia” yang bersampul gambar lima siswa berseragam, 3 laki-laki, dan 2 perempuan. Buku ini sebenarnya milik sekolah SMK N 2. Sebab di lembar pertama ada stempel “PERPUSTAKAAN SMKN 2 JEMBER JL. TAWANGMANGU 59 TELP 337930 JEMBER. Entah kenapa, buku ini masih ada di rak buku saya, setelah belasan tahun lalu saya lulus dari sekolah tersebut. Ya, buku itu ada di rumah saya. Lewat tulisan di blog ini, saya sekalian menyampaikan maaf kepada pihak sekolah. Setelah tulisan ini selesai, mungkin saya akan mencoba share ke guru sekolah saya agar bisa ditindaklanjuti, apakah dikembalikan, atau bagaimana. Apakah saya akan kena denda? Mudah-mudahan tidak kena denda, sebab buku ini kondisinya masih terawat, nasibnya masih bagus daripada dibuat pembungkus pindang atau kacang rebus. Daripada diloakkan di belakang Mall Matahari itu. Kan sayang sekali.
Wali kelas saya bernama Diana Anggraini, kebetulan beliau berteman dengan saya di facebook. Gimana ini, Bu? Khilaf saya.
 |
Buku milik sekolah. Waduh!
|
Sebelum dikembalikan, saya ulas dulu buku "putih abu-abu" ini. Saya mulai suka dengan karya sastra berawal dari buku ini. Saya bisa berkenalan dengan karya-karya penulis legendaris dan tersohor Tanah Air dari buku milik SMK N 2 ini, seperti diantaranya “Salah Asuhan” karya Abdul Muis, puisi “Rendezvouz” (baca: randevu) karya Taufiq Ismail, “Layar Terkembang” karya S.T. Alisjahbana, “Harimau! Harimau!” karya Mochtar Lubis, puisi “Krawang—Bekasi” karya Chairil Anwar, kisah Landorundun (seorang gadis cantik, molek, dan panjang rambutnya) karya sastra dari Tana Toraja (Tator), cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis dan masih banyak karya sastra lainnya, dengan penulis-penulis hebat, yang saya mulai mencintainya dari buku ini. Meskipun dalam bentuk penggalan, tapi saya merasakan daya magisnya dari kalimat per-kalimat.
Jika Anda berstatus masih sekolah SMP atau SMA/SMK, dan berkeinginan ingin menjadi penulis, simak dan baca benar-benar buku ini atau sejenisnya. Hal ini harus didukung oleh guru bahasa Indonesia yang memang gemar membaca dan selalu update mengenai kesusastraan. Sehingga dalam penyampaiannya kepada siswa sangat menguasai (semisal unsur interinsik dan eksterinsik suatu karya tulis) penuh kreatif dan inovatif tanpa terkesan kaku dengan “menyuruh-menyuruh” siswanya menulis ini dan itu. Jika gemar membaca, tentu saja akan update karya tulis terbaru terbitan di tahun itu. Misal seperti karya Dee Lestari dengan novelnya “Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh” yang terbit pada tahun 2001.
Di sekolah saya, SD—SMK, guru-guru tak pernah sekali pun membahas karya Dee ini. Justru setelah lulus, 2009, saya tahu sendiri bahwa novel Dee ini termasuk fiksi ilmiah dan termasuk novel yang menggebrak literasi Indonesia bahkan berhasil masuk ke layar lebar. Kemudian, Andrea Hirata dengan karyanya “Laskar Pelangi” terbit tahun 2005. Debut novel pertama dari Andrea Hirata ini berhasil menyihir khalayak umum dengan cerita inspiratifnya. Menjadi fenomenal karena novel ini sudah diterbitkan ke 23 bahasa. Mengagumkan! Tetapi, sayangnya semua yang dikupas di sekolah mengenai karya sastra yang lampau. Karya sastra yang lampau yang sulit ditemukan keberadaan bukunya. Bagaimana kalau siswanya ingin tahu kelanjutan dari penggalan novel, misal seperti penggalan novel “Salah Asuhan” karya Abdul Muis?
Setelah buku “putih abu-abu” itu, buku selanjutnya “Diksi dan Gaya Bahasa” karya Gorys Keraf. Yang memang ditulis oleh pakar linguistik dan sastra, titelnya Doktor dalam bidang tersebut. Jadi ketika saya membaca buku ini, tak ada keraguan lagi. Buku ini meletakkan dasar-dasar karang-mengarang bagi mahasiswa atau siapa saja, yang ingin menggarap karangan secara baik dan teratur. Kita akan diarahkan untuk mencapai dua hal, yaitu kepaduan dan keharmonisan estetis, serta kepaduan dan keharmonisan intelektual (logis). Recommended sekali bagi mahasiswa atau siapa saja yang hendak menulis karya ilmiah.
 |
Gorys Keraf, konten yang serius dan ilmiah.
|
Selanjutnya, buku “Cara Mudah Menulis Buku Best Seller”, terbitan tahun 2009, ditulis oleh Frans M. Royan, buku ini easy reading, bahasa yang dipakai santai. Memakai gaya bahasa ilmiah populer, sehingga siapa pun yang membaca ini mudah memahami maupun hendak mempraktikkannya. Saya membeli buku ini karena tertarik sekali dengan pengantar penerbit, yang menurut saya berani, kalimatnya seperti ini:
 |
Buku yang ringan.
|
“Lihatlah program-program televisi kita, yang dipenuhi dengan gosip seputar kehidupan para selebriti, seperti acara Cek & Ricek, Silet, Hot Shot, Insert, dan sejenisnya, seakan-akan telah membangkitkan kembali “bakat” keberlisanan, yaitu kebiasaan ngrasani (berkunjing) yang telah mengakar dalam masyarakat.
Setuju sekali dengan pernyataan di atas. Sayangnya, budaya ngrasani ini langgeng sampai tahun 2021. Sebab, setiap kali saya hendak berselancar di mesin pencarian, di beranda Chrome muncul berita bertema skandal selingkuh artis Gisel, itu salah satu contoh berita tak berfaedah bagi kemajuan negeri.
Buku ini memakai metode baru yang menarik, diantaranya metode menulis menggunakan mindmap, formula 10-4-4-2, tabel Leonardo Da Vinci, dan tabel kata benda acak.
Berikutnya, buku “Melejitkan OTAK lewat GAYA MENULIS BEBAS (Freewriting)", terbitan tahun 2011. Bisa dibilang buku ini luar biasa dampaknya terhadap rasa percaya diri saya, benar-benar yakin bisa menulis. Perihal buku ini pernah saya bahas di artikel sebelumnya, bertajuk “Singkirkan EYD dan PUEBI”. Sebelum saya berani untuk menulis karya tulis dan masih minim sekali karya-karya tulis saya, pembakar semangat saya untuk lanjut menulis adalah dari buku bertema kiat menulis ini. Buku ini termasuk buku favorit yang sering saya baca. Dari buku itu saya mendapatkan tip menulis di awal-awal halaman, langsung saja pikiran saya semakin terbuka: “Wah. Baru tahu kalau ingin menjadi penulis seperti ini. Aneh, tapi masuk akal dan mudah.”
 |
Buku kesayangan saya. Menginspirasi sekali.
|
Metode menulis dalam buku ini adalah menggunakan gaya menulis bebas, atau istilah lainnya disebut freewriting. Intinya, kita bisa menulis dengan bebas-lepas dari kaidah kebahasaindonesiaan, apapun yang terlintas dalam otak ditulis, tanpa harus pening dengan pemilihan kosakata, penempatan tanda-tanda baca seperti titik-koma, dan tak terikat oleh tema tertentu. Apa pun yang ada di pikiran kita, kalau bisa “dimuntahkan habis” dalam bentuk tulisan. Karena menggunakan pendekatan “menulis apa pun yang terlintas di otak” maka gaya freewriting ini biasa disebut dengan istilah prewriting, diembel-embeli “pre” karena tulisan itu masih mentah, perlu diolah lagi agar lebih enak dibaca. Bagus. Rekomended bagi penulis pemula.
Selepas itu, “24 Jam Memahami Creative Writing” ditulis oleh Dra. Naning Pranoto, Ma. Terbitan tahun 2011 oleh Penerbit Kanisius. Penulisnya meraih gelar sarjana di bidang bahasa dan sastra dari Universitas Nasional, Jakarta (1986) dan meraih gelar master di bidang Chinese Studies dari Bond University, Australia (2001). Melihat latar belakang bekal pengalaman praktis dan didasari hasil studi akademis mengenai creative writing maka tak ragu-ragu saya meminang buku ini. Buku ini jauh dari sifat menggurui, tetapi penuh ajakan dan dorongan, memberi motivasi, tanpa sedikit pun mengabikan dasar-dasar terpenting untuk penulisan kreatif. Bersampul seorang perempuan berkacamata sedang tersenyum landai, buku ini serius untuk ukuran pemula.
 |
Senyuman santai itu rupanya membawa keseriusan bukunya.
|
Lebih lanjut lagi, “13 Mantra Menulis Fiksi”, ditulis oleh @imperialjathee, terbitan tahun 2014, oleh Penerbit Andi. Motivasi saya membeli buku ini adalah ingin menulis karya tulis genre fiksi, dan memang sudah ada file mentah tinggal tuang ke MS Word. Sayangnya saya belum bisa mentamatkan bacaan di buku ini, kenapa? Karena di halaman vi, di sub judul “Jangan berhenti menulis saat menemui jalan buntu.” Disitu tertulis begini, “Saat menulis, jangan berhenti di saat Anda bingung apa yang hendak ditulis. Berhentilah menulis justru ketika Anda sedang berapi-api. Jika Anda berhenti menulis saat menemui jalan buntu, 99% Anda tidak akan mau meneruskan menulis.”
 |
Ok. Ok.
|
Tulisan yang saya tebalkan di atas menimbulkan pertanyaan dalam benak saya. Sedang semangat menulis, kok malah disarankan agar berhenti menulis? salah satu dorongan menulis adalah berapi-api. Kemudian tulisan tersebut tak ada penjelasan lagi, maksudnya seperti apa dan bagaimana. Memang sih, sebagai penulis yang produktif, kita dituntut untuk terus bisa menulis disaat tak ada semangat menulis sekalipun. Jadi, mau berapi-api atau tidak, kita harus bisa menulis dalam keadaan apa pun. Jika ada dorongan yang berapi-api, maka harus bersyukur dan bentu syukur itu jangan sia-siakan untuk menulis. Buku ini bagus, tapi selebihnya terserah Anda menilainya.
Seterusnya, “The Art of Stimulating Idea” ditulis oleh Bambang Trim, terbit tahun 2011, diterbitkan oleh Penerbit Metagraf. Cover-nya yang simpel dan elegan, cukup memikat saya untuk menyibaknya dan memutuskan untuk membelinya.
Bambang Trim, seorang penulis profesional, editor sekaligus book packager yang menjelaskan segala hal tentang ide menulis secara jelas dan bernas.
 |
Bambang Trim, bukunya ini mestinya dimiliki oleh penulis pemula.
|
Pada bagian pertama buku ini, sang penulis mengisahkan tentang “penemuan” sajak pendek Sitor Situmorang, “Malam lebaran, bulan di atas kuburan”. Bambang Trim menyebut kasus Sitor dengan penemuan sajaknya ini didorong oleh naluri ingin tahu. Proses kreatif baginya pribadi adalah ikhtiar yang ditempuh para penulis atau pengarang dengan jalan berbeda-beda. Ide menulis tidak dapat dicari meski diluruhkan dari atas langit. Tetapi, ide bisa didapatkan dengan stimulus, yakni dengan banyak baca, banyak jalan, dan banyak silaturahmi. Kemudian di lembar selanjutnya, Bampang Trim memaparkan beberapa penulis asing dan penulis dalam negeri yang memiliki ide mengguncang. Dengan adanya contoh penulis-penulis tersebut kita menjadi tahu siapa saja penulis yang benar-benar memiliki ide yang mengagumkan. Buku ini recommended bagi penulis pemula. Bahasa asyik dan mengalir.
Lalu, “Menulis dan Berpikir KREATIF cara spiritualisme kritis” karya Ayu Utami. Terbitan tahun 2015, oleh Penerbit Gramedia. Buku ini terbit dengan pembawaannya yang unik, seperti binder atau alat khusus yang digunakan untuk menjilid buku. Lembarannya seakan seperti di-clip. Dari judulnya saja kita akan tahu bahwa buku ini bukan hanya tentang teknis kepenulisan, tapi juga tentang proses berpikir kreatif. Ayu Utami membahas tentang struktur dalam narasi, bagaimana kita membuat bank ide, karakter dan sudut pandang, gaya bahasa, hingga tentang bunyi dan ritme.
 |
Buku Ayu Utami kayak binder.
|
Di dalam buku ini dihiasi oleh ilustrasi atau gambar yang membantu pembaca untuk lebih memahami konsep yang sedang dibahas. Ayu Utami juga memberikan berbagai contoh yang atraktif dan memberi wawasan baru buat saya pribadi. Intinya: buku ini serius tapi asyik.
Lebih jauh lagi, “Menjadi Penulis Kreatif” ditulis oleh sahabat literasi saya bernama Ipnu Rinto Nugroho. Awal mula kenal dan akhirnya bisa berjumpa tatap muka dan berjabat tangan, puncanya dari buku ini. Terbit pada tahun 2014, oleh Penerbit Suka Buku, Ipnu berkata di lembar paling belakang buku ini, mengatakan:
 |
Karya sahabat literasi saya.
|
Melalui buku Menjadi Penulis Kreatif ini, Ipnu ingin berbagi pengalaman kepada para pembaca terutama bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Bagi para pembaca yang ingin berkonsultasi, juga bisa menghubungi alamat emailnya di kimnoegroho@gmail.com
Tahun 2017, saya akhirnya bisa bertandang ke rumah kediamannya, di Bantul. Ketika saya membaca buku ini untuk sekali lagi, maka ketika membaca terdengar suara sahabat saya. Sehingga sangat mudah dicerna. Buku ini rekomendasi sekali bagi penulis pemula atau pun penulis berpengalaman.
Saat saya bertemu dengan penulis senior, Ipnu Rinto Nugroho, saya diberi hadiah sebuah buku yang sangat bagus, berjudul “Creative Writing: Tip dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel” karya A.S. Laksana, terbitan tahun 2013, diterbitkan oleh Penerbit Gagas Media. Bisa dibilang, buku ini buku how to yang paling kucel diantara yang lainnya, bahkan jika dibandingkan dengan buku cetakan tahun 1994, miliknya perpustakaan SMK N 2. Kenapa? Dari beberapa panduan cara menulis yang pernah saya baca, buku ini yang paling enak dibaca dan paling sering saya baca. Sebab, buku sebelum-sebelumnya memang sudah bagus mengajari cara menulis, tapi syukurlah di buku ini, A.S. Laksana sangat lihai menuturkan materi secara gamblang, jenaka, dan substansial.
 |
Hadiah dari sahabat saya. Bukunya bagus sekali!
|
Selain bahasan teknis soal elemen-elemen seperti plot dan konstruksi cerita, A.S. Laksana juga membagi banyak tips praktis soal pola pikir dan mental yang dibutuhkan seorang penulis. Ada juga beberapa jenis latihan untuk dipraktikkan sendiri maupun bersama rekan dalam kelompok menulis. Metode “Strategi Tiga Kata” milik A.S. Laksana saya adobsi ketika saya membuka kelas kecil khusus anak-anak. Rupanya, tip ini jitu sekali, anak-anak seperti bermain kata, tak terkesan belajar kata.
Jadi, memiliki buku how to karya sahabat saya, Ipnu Rinto Nugroho, disusul kemudian dengan karya A.S. Laksana, jadi saling melengkapi. Kedua buku ini hebat!
Terima kasih sahabatku!
Dan, yang paling terakhir, buku “Menulis dengan Hati, Mengedit dengan Pikiran”, karya sahabat literasi saya bernama Rizem Aizid. Karya tulis ini bagi saya spesial, sebab kenapa? Karena penulisnya berasal dari Jember, kota kelahiran saya. Saya bangga sekali, rupanya ada penulis hebat yang satu kota dengan saya. Dia juga pernah menyabet “Penulis Top Divapress”. Luar biasa. Setelah saya telusuri namanya di website Perpusnas, luar biasa, lagi-lagi saya terkejut, dia memiliki banyak karya tulis, ada ratusan judul yang terpapar di layar website Perpusnas. Diantaranya best seller dan ada pula yang dialihbahasakan ke negeri tetangga, yakni Malaysia. Buku “Menulis dengan Hati, Mengedit dengan Pikiran” terbit tahun 2019, diterbitkan oleh Penerbit Nur Media Publishing. Buku ini rekomendasi sekali bagi pembaca, khususnya warga Jember. Kenapa? Sebab apa yang tertuang di buku ini diambil dari kisah nyata perjalanan Rizem Aizid menjadi penulis handal dan karena Rizem Aizid adalah orang asli Jember, jadi orang Jember yang ingin menjadi penulis handal, jangan lewatkan buku how to satu ini dan patutnya bangga warganya menjadi penulis hebat.
 |
Satu lagi, karya sahabat literasi asal Kota Jember.
|
Semoga yang tertulis di blog ini membantu Anda yang ingin mencari buku how to atau panduan menjadi penulis atau minimal bisa menginspirasi Anda. Diantara buku-buku di atas ini, mana yang sudah dimiliki Anda?
Yg creative writing karya A.S. Laksana aku punya. Yg kalimat "Berhentilah menulis saat berapi-api"
BalasHapusMungkin mksdnya karena semangatnya ada, besok kita akan lanjut menulis. Jadi kayak memupuk semangat gitu. Iya ga?
Tapi aku yg pelupa gini gbsa. Klo pas ada ide harus buru2 d tulis hehehhee...
Ya, karya A.S Laksana luar biasa ya. Bisa dimengerti bahasanya. Simpel tapi berbobot.
HapusMengenai "berhentilah menulis saat berapi-api" itu tidak ada penjelasan lebih lanjut, Kak. Jadi saya sendiri bingung.
Semangat, Kak!