Januari 23, 2021

Bisnis dengan Konsep Doing Business by Design
bisnis dengan konsep doing business by design
"Bagaimana sebenarnya logika bisnis itu bekerja?" 
Pikiran seperti ini muncul ketika saya tertantang untuk membuka suatu usaha. Sebelum membuka usaha saya kira lebih enak kalau ditulis, sehigga memunculkan istilah peta pikiran (mind mapping). Ya, di-mapping agar mendapatkan perkembangan yang lebih kreatif dalam usaha yang hendak dibangun. Misal, saya dan pembaca ada interaksi, mungkin dari komentar berupa saran atau semacamnya. 

Back to topic. Mungkin diantara kita sempat terlintas dalam benak seperti ini: 
"Apa sih yang membedakan antara 'Bengkel Motor Mas Maryoto' yang di pinggiran jalan dengan 'Honda Service Center'?" Atau "apa yang membedakan antara 'Warung Kopi Mbak Ginem' dengan 'Warung Kopi Starbucks'?" 
Jika kita cermati dari segi keahlian maka kita akan menemukan kesamaan, produk pun sama atau jasa yang ditawarkan pun sama, banyak segi yang sama. 

Ambil contoh perbandingan Starbucks dan warung kopi pinggir jalan. Keduanya sama-sama menjual kopi, tapi perbedaan harga seolah seperti langit dengan Bumi. Di warung kopi pinggir jalan kita bisa menyeruput kopi cuma dengan harga 2.000 sampai 3.000 rupiah saja. Sedangkan di Starbuck (atau kafe, coffee shop, kedai kopi, atau nama yang sejenisnya), harga kopi pasti mencapai nominal harga mulai dari 15.000 sampai 20.000 rupiah, atau bahkan lebih. 

kopi modern literasi
Starbuck yang saya temui di bandara Surabaya (dok.pribadi).

Untuk mengetahui data, saya pun membuka website induknya www.starbucks.co.id  Dari sana, saya dapat data lama, yakni mulai tahun 2002 hingga 2018 ‘warung ekslusif’ ini berhasil berekspansi dengan memiliki 326 gerai di kota-kota besar di Indonesia. Total memiliki 26.696 gerai di seluruh dunia. Luar biasa! 

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, dimana sebenarnya letak perbedaan antara Starbucks dengan warung pinggir jalan? Starbucks atau ‘warung kopi’ yang sukses ini rupanya memiliki konsep: 
“Doing business by design” 
Perusahaan tersebut tidak besar hanya dalam 24 jam saja. Mereka punya rancangan atau rencana yang rinci, survey market yang kuat, dan pastinya punya roadmap perusahaan yang jelas. Sehingga seperti yang kita lihat sekarang, customer yang membeli kopi di Starbuck bukan hanya beli kopi, tapi mereka mendapatkan pengalaman lainnya, seperti service yang baik dan ramah, pencahayaan yang baik, musik yang easy listening, aroma kopi yang khas, wifi yang kencang, tempat duduk yang nyaman, power plug yang ada di mana-mana. Kemudian customer diperlihatkan oleh 'pertunjukan' barista dalam mengolah kopi, kadang-kadang fasilitas nyaman itu dibuat untuk kerja juga. Pengalaman-pengalaman itu memberikan kesan tersendiri bagi customer. Tidak sama dengan yang kita jumpai di pinggir jalan, seperti warung-warung yang sama-sama menjual kopi. Jika Starbuck memiliki konsep “doing business by design” sedangkan warung-warung di pinggir jalan berkonsep “doing business by accident”. Artinya, mereka membangun usaha karena hanya ingin memperoleh uang semata dan tak lebih dari itu. 

sambil ngetik
Hawa dingin, rasa kopi enak, plug in ada, konsentrasi lanjut. 

Kopi kesuwon riza shahab Jember literasi
Saya dan Riza Shahab, artis yang membuka usaha kafe di Jember. 

Di tulisan ini tidak bermaksud berkata bahwa pebisnis-pebisnis yang membuka usaha di pinggir jalan adalah hal yang kurang baik, tapi dari sudut pandang bisnis, apa yang mereka lakukan masih kurang cukup jika mereka ingin bisnis berkembang. Kadang banyak juga kita dapati warung kopi serta bengkel pinggir jalan yang selalu ramai pelanggan. Mungkin konsepnya sudah bagus.

Oleh karena itu, berhubung belum terlambat karena saya—atau mungkin sebagian dari pembaca—adalah orang yang hendak mau memulai bisnis, maka saya ingin mulai dengan bisnis yang akan saya rancang untuk berkembang dengan baik di kemudian hari. 

Jangan lagi berpikir tentang keahlian-keahlian masa lalu kita—karena saya sendiri sebenarnya memiliki basic keahlian menggambar sketsa rumah, kemudian punya passion dan hobi menulis—belajarlah untuk merancang bisnis berangkat dari apa yang dibutuhkan orang hari ini, dan trend pergerakannya dalam jangka panjang. Jika sudah sukses kelak, kita bisa melanjutkan hobi kita atau belajar hal-hal lainnya. 

Ayo... bangun usaha dengan konsep doing business by design!


Sumber referensi: www.starbucks.co.id

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

0 Comment:

Posting Komentar

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422

Email:

admin@mediapamungkas.com