Berbagai aktivitas atau kejadian, kadang-kadang bisa saja tiba-tiba memunculkan berbagai macam ide. Hal ini harus ditanggapi dengan serius yakni dengan segera mencatat ide-ide tersebut di buku catatan. Sebab acapkali ide itu mahal. Selain buku catatan, kita bisa menyimpannya di handphone atau sesuatu yang biasanya dibuat oleh Anda untuk menyimpan catatan.
Sesuatu yang hadir secara tiba-tiba di dalam benak, sangat mungkin untuk terlupakan dalam kurun waktu yang singkat pula, jadi jangan lupa untuk segera mencatatnya agar bisa melihat dan mengingatnya kembali. Jika kegiatan ini menjadi kebiasaan, berarti hal itu adalah keberuntungan Anda.
Dalam buku karya sahabat saya, Ipnu Rinto Nugroho, mengatakan bahwa salah satu hal yang perlu dimiliki seorang penulis adalah passion menulis, setidaknya menulis hal remeh temeh di rutinitas sehari-hari, misal hari ini sudah berbuat apa, bisa juga tentang makanan yang lezat, tentang pakaian baru, tentang mood yang hilang, tentang kebosanan yang menyergap, tentang tulisan si Saad yang sedang Anda baca ini, dan atau bisa tentang remeh temeh lainnya. Karena—masih menurut Ipnu—dengan kegiatan kecil tersebut bisa jadi mengantarkan diri seseorang menjadi penulis.
Ada beberapa manfaat dari rutin menulis di catatan. Tulisan ini saya dapatkan dari pengalaman pribadi. Diantaranya adalah:
1. Menajamkan ingatan
Buku harian dapat menyimpan ingatan-ingatan kita. Dengan menulis di buku harian, ini dapat membuat ingatan di kepala kita menjadi lebih tajam karena mampu mengingat hal-hal yang kecil dan terperinci.
Ada sesuatu hal, seharusnya ini tak penting, tapi bagi saya penting untuk diingat dan disimpan. Saya menyimpan struk pembelian keyboard tanggal 2 Desember 2010, lengkap dengan stempel toko PERANTI INFOTECH, No.3 Lot 1858, Sungai Ramal Dalam. Struk itu saya tempel di lembar buku catatan.
Silakan tertawa. Bebas menertawakan saya.
 |
Struk tahun 2010. Bukti perjuangan ingin menjadi penulis yang bisa membanggakan Indonesia.
|
Baik, biar saya jelaskan. Kenapa saya simpan struk tersebut? Sebab keyboard ini mahal di kantong mahasiswa sekaligus perantau garing seperti saya. Hendak beli, maju-mundur-maju-mundur, kemudian saya bulatkan tekad untuk maju membelinya. Begitu genting kah membeli keyboard itu? Kegentingan itu punya alasan tersendiri, dan masih tertulis di sebelah kanan struk itu, tertulis:
Di samping ini adalah bukti keseriusanku. Waktu itu keyboard (lama) rusak sementara keinginanku sangat kuat untuk melanjutkan tulisan karanganku…
Saya ketika membaca perjuangan saya yang dulu ini, rasanya tak patut saya berhenti dari kegiatan menulis ini. Meski kenyataaan dunia kepenulisan di negeri ini loyo, bahkan pernah ditipu. Saya masih bertahan menulis. Saya harap bisa bermanfaat kepada pembaca.
2. Membuat hati lebih tenang
Menulis tentang sesuatu yang sedang kita rasakan, baik marah, sedih, atau pun menyakitkan dapat mengurangi dampak dari perasaan buruk itu. Kita bisa mencoba mengalihkannya dengan menulis di buku harian dan mencurahkan semua isi hati di sana. Dengan menuliskan semua yang ada di dalam perasaan kita, kita akan merasa lebih lega dan tenang.
Saya pernah merasa malu dan gundah, saat nama saya tertulis di papan mading kampus Kolej Dar al-Hikmah, Selangor, sebagai mahasiswa yang masih belum melunasi uang administrasi. Ada 6 atau 9 orang yang tertulis di mading (kalau tidak salah, sih. Angka 6 dan 9 ketika diingat-ingat jumpalitan). Kebetulan pula saya waktu itu nyambi jualan di kedai mungil pas di tengah-tengah kampus. Sesekali, dosen pembimbing saya beli sekaligus mengingatkan untuk segera melunasi. Malunya bukan kepalang. Alih-alih, bukan bernangis ria atau bersedih ria,
saya waktu itu punya senjata pen dan kertas minyak. Saya tuangkan segala perasaan saya dengan menulis di atas kertas warna cokelat itu. Kertas minyak sebagai alternatif menyimpan data-data perasaan saya waktu itu, karena pada hari itu kebetulan tidak membawa buku notes. Buku notes tertinggal di rumah.
Perasaan rendah saya sedikit naik karena kegiatan menulis itu. Alhasil, tulisan saya hampir memenuhi muka ‘notes jadi-jadian’ itu. Ketika hendak saya buang ke tong sampah, terasa sayang, karena aktivitas itu membantu mental saya yang jeblok seketika terbang.
 |
Kertas minyak harusnya jadi kertas jualan, tapi sebaliknya.
|
 |
Kartu mahasiswa. Sampai sekarang tak percaya bisa diterima masuk kampus tersebut.
|
3. Meningkatkan kesehatan fisik
Ketika saya menyibak buku catatan saya 'tempoe doeloe', ada tulisan
“Hay Saad, apakah kamu masih sama dengan kamu yang sekarang menulis tulisan ini? Tak ada kemajuan sedikit pun? Stagnan?”
Luar biasa tertampar rasanya. Rasa jengkel dan sesal seketika menyergap. Kala itu saya sedang dalam pembaringan, konon tak enak badan. Karena membaca tulisan sindiran yang ditulis oleh saya sendiri di masa lalu, saya langsung tegak. Keluar dari selimut, kemudian menjawab dalam hati: “ok, ok, aku gerak! Aku berubah!”
Dari pengalaman di atas, rupanya selain membuat saya keluar dari selimut, tidak tahunya berkorelasi dengan peneliti di bidang psikologi Universitas Texas bernama James Pennebaker menjelaskan bahwa menulis buku harian setiap hari dapat memperkuat kekebalan tubuh. Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa menulis buku harian dapat menurunkan gejala penyakit asma dan radang sendi.
Nah, perlu dicoba dan harus berkesinambungan!
4. Mengenali diri lebih dalam
Pada saat saya berupaya untuk menulis setiap hari di buku notes. Saya akhirnya tahu dan semakin mengenal diri saya sendiri. Aneh ya kedengarannya? Contohnya, ada sifat yang seharusnya saya buang jauh-jauh, yakni mengambil keputusan di atas komitmen dengan orang lain. Sewaktu saya merantau, kakak saya selaku pengganti orang tua yang bertanggung jawab atas saya selama di tanah rantau. Saya pernah disuruh oleh kakak untuk membeli roti gardenia, dengan bentuk lonjong, dan dengan rasa tertentu. Rupanya di kedai roti yang dimaksud habis, kemudian tanpa bertanya kepada kakak, saya memutuskan membeli roti dengan brand sama, tapi bukan lonjong. Pulang-pulang kena marah. Ok, tak perlu saya lanjutkan kisah di bagian ini.
 |
Roti gardenia, roti produk negeri seberang (photo: borneodihati.org).
|
Jadi, pada saat kita rutin menuliskan cerita sehari-hari kita di buku harian, lama kelamaan kita akan mengenali diri kita sendiri. Seperti mengenali apa yang menjadi kebiasaan kita, bagaimana kita biasanya bersikap dengan orang di sekitar kita, apa sifat kita, kesukaan kita, bahkan mengetahui hal-hal apa saja yang tidak kita suka.
5. Melatih berpikir rapi
Ketika kita menuliskan aktivitas satu harian penuh, kita tanpa sadar akan mengurutkannya dari kejadian awal, kejadian kedua, dan beberapa kejadian setelahnya. Jika ini setiap hari dilakukan, maka otak kita terbiasa berpikir rapi dan terstruktur sesuai urutannya.
Saya sendiri merasa berterima kasih kepada saya tempo dulu dan tentu saja kepada Yang Maha Kuasa yang telah memberi tangan dan kehendak yang baik ini, yakni menulis.
Mengetahui banyak manfaat di atas, harusnya Anda semangat menulis di buku harian. Selamat menulis!
Mantab! 👍🏻
BalasHapusTerima kasih Pak ketua...
Hapus