Desember 06, 2020

Penulis juga Manusia
saad-pamungkas-ayat-ayat-cinta-dikoreksi/showbiz/read/4321604/video-pamungkas-pamit-dari-dunia-musik-dan-media-sosial/hype/read/2020/08/04/165141366/setelah-rilis-album-solipsism-pamungkas-pamit-sebentar-dari-dunia-musik
Membuat kesalahan adalah bagian dari penulis. Siapa penulis yang tidak pernah berbuat salah? Bahkan tokoh penulis besar seperti Habiburrahman El Shirazy masih saya temui kesalahan dalam karya master piece-nya, yakni “Ayat-Ayat Cinta”. Seperti di halaman 33, 

Di pintu masuk karcis aku masukkan untuk membuka pintu penghalang. Setelah melewati pintu penghalang karcis itu kuambil lagi. Sebab tanpa karcis itu saya tidak akan bisa keluar di Shubra nanti.

Di kalimat atas ini, awalnya menggunakan kata "aku" sebagai kata ganti orang pertama, kemudian saya dapati di kalimat ketiga menggunakan kata "saya" sebagai kata ganti orang pertama. Penggunaan seperti itu terjadi disatu paragraf, dan berulang-ulang terjadi di halaman yang lainnya. 

Memang sih kesalahan kecil. Apalagi saya sebagai penulis renik kecil begini, mungkin banyak sekali kesalahan yang akan ditemui. Sekali, dua kali, beberapa kali atau bahkan sering berbuat salah. 

Jika tadi kesalahan dari karya tulis fiksi, kali ini saya temui di karya non-fiksi atau ilmiah di buku Sirah Nabawiyah, karya Ar-Rahiq Al-Makhtum, penerbit Qisthi Press, terbitan tahun 2014. Karya non-fiksi seharusnya lebih jeli lagi saat proses menulisnya sebab buku jenis ini biasanya dibuat referensi untuk kalangan akademis, seperti di sekolah dan kampus. Saya sebagai orang awam ingin juga mendalami jejak-jejak idola saya, Nabi Muhammad. Barangkali editor yang capai karena jumlah halamannya memang tak sedikit , 569 halaman. Contohnya di halaman 61, paragraf pertama, kalimat terakhir: 

Inilah hikmah tersembunyi yang menjelaskan mengapa Allah menolong orang-orang musyrik ketika mereka berhadapan dengan orang-orang beriman, dengan cara yang jauh dari perkiraan manusia. 

Di halaman 67, kesalahan kronologis,

Suami Halimah bangkit menghampiri unta yag mereka bawa. Ternyata kambingnya juga penuh air susu. Langsung saja mereka memerahnya sehingga bisa minum sampai kenyang. Sungguh, mereka telah melewati malam yang sangat menyenangkan. 

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada penulis dan editor, atau pihak yang ikut dalam pembuatan buku di atas, sejatinya, sebagai manusia memang jauh dari sempurna dan pasti akan selalu berbuat salah. Bahkan seberapa ahli pun kita dalam sebuah bidang yang kita geluti, pasti satu atau dua kali kita akan menemui kesalahan. 

Mencoba menjadi penulis sempurna, tanpa kesalahan adalah hal yang baik namun harus siap berjuang dengan usaha yang sangat melelahkan. Kenapa? Pasti akan juga menemui kesalahan saat proses berjalannya. Beberapa kali kita pasti akan salah. Maka dari itu, seorang penulis sangat memerlukan pendamping untuk meminimalisir kesalahan di tulisannya, yakni seorang editor. 

Tidak bisakah seorang penulis menjadi seorang editor sekaligus? Membuat buku, sekaligus mengedit karyanya sendiri? 

Berikut ini jawabannya, saya kemas dengan menyertakan cerita singkat. Suatu hari saya terkejut mendapati karya tulis saya yang berstatus dummy di bagian halaman KDT (Katalog Dalam Terbitan), nama penulisnya Saad Pamungkas, kemudian editornya Pamungkas (tanpa ada nama depannya, Saad). Saya langsung menanyakannya ke Mas Rizem Aizid, selaku penanggung jawab Nur Media, penerbit yang saya pakai jasanya. Sebab saya juga yang mengedit karya tulis saya, kenapa hanya memakai nama Pamungkas saja? 

Mas Rizem menjelaskan, dalam sepengetahuannya di dunia perbukuan tak pernah sekalipun beliau menemukan buku yang ditulis oleh seorang penulis, dan penulis tersebut merangkap menjadi editor sekaligus. Saya percaya dengan penjelasan Mas Rizem, karena beliau penulis yang telah lama malang melintang di dunia literasi perbukuan. Beliau juga pernah dinobatkan sebagai penulit top Diva Press, penerbit mayor. Dengan karya tulis yang jumlahnya ratusan dan diantaranya best seller. Bisa dibilang Mas Rizem penulis senior. Jadi, intinya, seorang penulis tetap memerlukan seorang editor agar tahu kesalahannya dimana. Sehingga akhirnya Mas Rizem pun ikut andil dalam pengeditan karya tulis saya, dengan memakai nama samaran. Tentunya saya sangat beruntung sekali bisa kenal dengan Mas Rizem yang membantu dalam hal itu. 

Jika Anda kebetulan membaca tulisan ini, dan menjadi penulis dengan karya yang menurut Anda hebat atau tak biasa, tapi rupanya justru stress dan depresi ketika melakukan kesalahan dan mendapatkan banyak komentar miring dari pembaca terhadap tulisan Anda. Baik, Anda hanya perlu perubahan ke depan agar karya Anda tak terulang lagi dengan banyak cibiran. Pelajari kesalahannya. 

Para ahli psikologis menjelaskan bahwa rasa depresi dapat membuat kita melakukan kesalahan berkelanjutan bahkan disaat kita seharusnya tidak melakukannya. 

Janganlah malu ketika berbuat salah. Teruslah belajar. Ketahuilah, kesalahan dan kegagalan ternyata punya kebaikan di baliknya. Yakni, membuat kesalahan dapat mengajarkan hal-hal yang tidak pernah kita pelajari sebelumnya.  
penulis-juga-manusia-iman-suligi-kampoeng-batja-literasi-jokowi-pilbup-saad-pamungkas-bambang-pamungkas-ge-pamungkas
Diingatkan oleh pegiat literasi senior, Kung Iman Suligi.


Apabila ada kritik dan saran, kita juga harus menerimanya kalau ingin lebih baik dalam berkarya tulis. Sebagaimana saya baru-baru ini diingatkan oleh Pak Iman Suligi kalau saya salah dalam penulisan kata "syarat", seharusnya menggunakan kata "sarat". Konteks tulisannya, "coretan syarat imajinasi justru datang dari longgokan perkakas tukang. Dari sana unggun imajinasi menyala-nyala." Disinilah pentingnya relasi atau teman literasi agar bisa saling mengingatkan apabila salah.  

Sebagai tambahan, kata yang sering salah penggunaannya dari segi penulisan dan pengucapan. Padahal jika penggunaannya salah, arti dari kata-kata itu bisa berubah. Contohnya seperti:

“Merubah” atau “dirubah”, kalau saya artikan sebagai seseorang atau benda yang sedang berubah wujud menjadi hewan rubah. Karena kedua kata itu tidak tepat jika yang dimaksud adalah membarui, mengalih, mengubah, mengganti, memindahkan, atau mengatur kembali suatu benda atau hal. Sebab kata dasar dari kedua kata itu adalah ubah, sehingga ketika diberi imbuhan men-, maka akan berubah menjadi “mengubah”, bukan “merubah” dan jika diberi imbuhan di-, maka akan berubah menjadi "diubah", bukan "dirubah".

Ini sebagai pengingat untuk diri saya, kadang masih kejebak dengan kata "acuh". Dulu saya mengira bahwa kata “acuh” berarti “tidak peduli”. Apalagi saya semakin terdoktrin karena kata ini sering saya baca di media-media fisik maupun digital dalam keadaan salah juga. Padahal, dalam kamus Bahasa Indonesia, kata ini berarti “peduli”. Jadi, kalau maksudnya tidak peduli, kita harus menambahkan kata “tidak” di depan kata “acuh”, menjadi “tidak acuh”.

Dan yang salah kaprah itu penggunaan kata “absensi”. Jika kita sibak kamus Bahasa Inggris, absensi rupanya berasal dari kata “absence”. Artinya, “tidak hadir”. Kemudian, kalau kita buka kamus Bahasa Indonesia, absensi berarti “ketidakhadiran”. Loh? Selama ini kita kayaknya mengartikan absensi sebagai daftar hadir. Lalu, yang benar seharusnya apa? Jawab di komentar ya...  

Kesalahan membuat kita menjadi matang, sekaligus diingatkan betapa kita sebagai manusia harus lebih keras lagi berusaha menjadi lebih baik.

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

2 Comment:

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422

Email:

admin@mediapamungkas.com