Keahlian atau kepintaran seseorang belum tentu menghasilkan sebuah pergerakan positif yang mengacu pada kepedulian terhadap sesama, bahkan dimintai tolong pun kadang masih berat. Sekalipun kepintaran seseorang sangat mampu membantu kesuksesan orang lain. Kepintaran mereka hanya menjadi sebatas keperluan dan keuntungan mereka.
Inilah pengalaman saya ketika saya merasa kurang yakin membuat karya tulis untuk kali pertama. Beberapa kontak penulis saya dapatkan dari facebook dan ada pula dari buku fisik. Akan tetapi respon mereka tidak ada semacam tindak lanjut menjawab dan membantu saya. Padahal beberapa kontak telepon aktif dan medsos sempat upload status terbaru. Saya sampai berpikir bahwa kesibukan mereka amatlah padat. Sebab untuk membalas pertanyaan saya saja sampai berhari-hari. Itu pun dengan jawaban pendek dan tidak jelas. Ada juga yang sama sekali tak dibalas.
Diantara banyaknya kontak penulis yang saya dapatkan, saya tak menyerah, tetap percaya jika tidak semua penulis berpengalaman jual mahal kepada yang masih renik kecil seperti saya ini. Saya terus berproses mencari penulis yang bersedia membantu saya. Terhitung ada sepuluh buku dengan tema tips menjadi penulis. Diantara sepuluh buku itu ada yang berjudul “Menjadi Penulis Kreatif”, terbitan Penerbit Sahabat Buku Pintar. Di halaman paling belakang buku ini tertulis:
Melalui buku Menjadi Penulis Kreatif ini, Ipnu ingin berbagi pengalaman kepada para pembaca terutama bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Bagi para pembaca yang ingin berkonsultasi, juga bisa menghubungi alamat emailnya di kimnoegroho@gmail.com
Begitulah kutipan di lembar belakang buku tersebut. Ah, yang bener saja? Jangan-jangan cuma pemanis buku saja, jangan-jangan seperti sebelumnya.
Saya menulis pesan untuk Ipnu via email, dibalas disyukuri, enggak dibalas ya sudah lah. Diluar dugaan, hanya satu atau dua jam-an saja dibalas. Tidak sampai menunggu berabad-abad lamanya. Ipnu memberi saran agar bisa lanjut ke BBM (Blackberry Messenger), bahkan dia memberi PIN BBM-nya agar disapa dari sana saja.
Akhirnya saya terhubung dengannya lewat BBM. Dari platform pesan singkat—yang sekarang tutup usia—itu saya bisa kenal lebih jauh mengenainya. Nama panjangnya Ipnu Rinto Nugroho, seorang penulis yang berdomisili di Kota Pelajar, Yogyakarta. Tepatnya di dusun Sorowajan, Bantul. Jarak antara Jember dan Yogyakarta sekitar 500-an kilo meter, tapi keakraban kami seakan membuat kedua kota kami ini bersandingan. Bagaikan Jember-Banyuwangi. Saya banyak terbantu olehnya di jalan literasi ini, sehingga akhirnya saya bisa menelurkan karya kecil, kemudian membesar, dan berkembang.
Ipnu kurang pantas kalau diibaratkan sebagai jembatan yang menghantarkan saya menjadi penulis. Dia seolah rela meminjamkan sayapnya kepada saya. Saya bisa terbang memakai sayapnya. Betapa tidak, dia telah membuang banyak waktunya menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari saya. Semua pertanyaan dijawab dengan cepat. Lagi-lagi tak sampai menunggu berabad-abad lamanya. Mulai dari remeh temeh sampai pertanyaan yang membutuhkan waktu. Mulai dari A sampai Z. Tuntas.
Suatu ketika, ada ajakan darinya agar saya ikut serta membuat semacam testimoni di lembar buku berjudul “Good Mom: Menjadi Istri dan Ibu yang Baik”, karya Mulianti Widanarti, S.Psi. Saya dengan senang hati ikut, sebab persyaratannya cukup mudah yakni swafoto bersama ibu, disertai kata-kata bijak mengenai ketulusan ibu membesarkan anaknya. Setelah beberapa minggu setelahnya, Ipnu memberi kabar bahwa buku itu sudah tersedia di Gramedia. Karena penasaran, saya membeli buku bertema ibu tersebut. Diantara lembaran itu ada foto saya dan ibu. Luar biasa senangnya. Pertama kali jejak saya tercetak di sebuah buku, lewat jalur penerbit mayor lagi.
Pertemanan kami waktu itu tidak ada satu tahun, akan tetapi Ipnu selalu memberi kata-kata motivasi agar saya bisa terus berkarya dan diselingi kata-kata banyolan, pertemanan kami semakin erat di jalan literasi.
Suatu hari, Ipnu memanas-manasi saya agar saya ikut serta dalam antologi bertema cinta remaja. Kali ini saya mengiyakan tapi dengan rasa bimbang khawatir jelek. Tapi mengingat hal itu kesempatan saya mengasah keaksaraan, saya putuskan untuk ikut. Saya akan terima kalau karya cerpen saya pada akhirnya tidak dimuat.
Beberapa bulan kemudian, buku antologi cerpen itu terbit. Di salah satu daftar pustaka itu ada cerpen berjudul “Diary Cowok Badak”, itu karya saya. Luar biasa senangnya. Pertama kali jejak kata-kata saya tercetak dalam bentuk cerpen.
Kemudian atas nama penerbit, Ipnu memberi tahuku bahwa penerbit sedang mencari penulis yang sempat berpengalaman di luar negeri. “Seingetku kamu pernah merantau ke Malaysia ya? Bagaimana kalau kamu saja yang garap tema ini?” tanya Ipnu. Saya mengiyakan tawarannya. Kali ini saya menunggu dua bulan untuk terbitnya buku perantau tersebut. Setelah terbit. Saya amat bahagia, lebih bahagia dibanding foto saya terpajang di satu lembar buku dan lebih berbunga-bunga dibanding ketika cerpen saya terpublikasi. Senang bukan main karena buku yang saya pegang sepenuhnya karya saya. Di sampul bukunya tertulis nama saya, bukan lagi antologi.
Ditambah lagi ketika saya menginginkan buku PUEBI, iseng saya publikasikan di status facebook keinginan itu, tiba-tiba saja seminggu setelahnya buku PUEBI datang, tepatnya tanggal 6 November 2020. Buku tersebut dari Ipnu. Bukan kepalang baiknya dirinya.
Nah, dari ringan tangannya Ipnu, saya bisa memetik hikmah bahwa ada banyak penulis di Indonesia yang berpengalaman dan pintar, namun tak banyak dari mereka yang memiliki waktu untuk menyisihkan sedikit waktunya untuk menolong penulis pemula, semacam saya. Barangkali nama saya masih belum dikenal atau siapa sih Saad?
Sebab, untuk peka dan bisa membantu orang lain itu bukan soal waktu yang terbuang sia-sia atau tak ada nilai komersil, tapi lebih kepada sejauh mana ia membuka mata hatinya untuk orang yang membutuhkan. Sejatinya, membantu orang ialah pekerjaan mulia dan banyak orang yang suka terhadap pelakunya, bahkan Allah akan selalu memayungi kita dengan cinta kasih-Nya sepanjang hidup.
Membantu penulis pemula dalam berkarya berarti membantu diri sendiri, menjadikan diri Anda lebih dari sekedar penulis hebat. Sejatinya, kebaikan yang Anda lakukan untuk orang lain bukan sepenuhnya milik mereka. Bahkan, kebaikan itu adalah milik Anda sendiri. Anda berbuat baik untuk orang lain, berarti Anda telah berbuat baik untuk diri sendiri. Maka, ketika Anda membantu orang yang tengah membutuhkan, orang lain pun akan membantu Anda.
Sebagaimana penulis senior seperti Ipnu, kebaikannya layak dirasani di website saya. Tak terlupakan.
Aduh, terimakasih sudah colek namaku disini. Senang aja kalau dunia ini bisa selalu melahirkan orang orang yang berfikir bahwa merubah orang itu bisa dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan tulisan.
BalasHapusAnyways, Sukses selalu buat karya karyamu bro.
Senang sekali diantara penulis-penulis senior ada yang ringan tangan seperti mas Bro.
HapusAamiin
Menginspirasi kak...
BalasHapusTerima kasih, Kak...
Hapus