November 13, 2020

BERLITERASI DENGAN ANAK-ANAK (HARI KE-2)
woaa-hari-kedua-bro

 

Hari kedua.


Tidak saya duga, anak-anak bimbingan kelas menulis datang disaat langit mencurahkan airnya, jalanan becek berkubang air. Saya pikir mereka tak datang. Tapi rupanya mereka anak dengan mental belajar yang kuat. Mereka datang dihari kedua dengan jumlah yang sama, 7 orang. Dengan binar mata yang bergelora. Tapi setelah semua berkumpul dihadapan saya, saya cermati ada dua wajah baru, sementara dua anak yang kemarin tidak saya jumpai. Saya tanyakan kepada yang lain tentang absennya dua orang anak, tapi tidak ada yang tahu. Saya memaklumi. Memandang cuaca tak mendukung, dapat dilihat di teras rumah basah. Harus dipel dibagian tepiannya. 

Saya mau tak mau harus mengulang mukadimah kemarin, memperkenalkan diri saya, dan mengulang materi khusus dua orang anak tersebut. Lima orang anak yang turut serta di kelas kemarin ikut menjelaskan materi yang saya sampaikan. Mereka masih ingat betul, dan membantu saya menjelaskan kepada keduanya bahwa materinya gampang sekali. Yakni dengan menyebutkan benda acak, sementara saya yang merangkai menjadi satu kesatuan yang utuh. 

“Ingat, jangan menonton televisi dengan waktu yang berlebihan, kalau bisa satu jam setiap harinya atau coba ganti aktivitas kalian dengan tontonan yang sifatnya mengedukasi. Dan akan lebih baik lagi kalau lebih sering membaca ketimbang menonton,” kata saya. 

Saya sendiri agak bingung ketika hendak menyampaikan bahwa membaca novel itu asyik. Karena mereka tidak punya rujukan novel. Semacam Sweet Valley Twins, atau tulisan Sir Arthur Conan Doyle, yang terkenal dengan karya ditektif Sherlock Holmes. Boro-boro novel, majalah Bobo—yang menurut saya kondang—saja tidak tahu. 

Saya memberi tahu mereka jika sering membaca, otak akan dilatih berpikir dan menerka-nerka apa yang akan terjadi. Alur cerita yang berbelok-belok membuat otak terus berpikir tapi dalam bentuk petualangan otak yang lebih seru. 

“Kalian semua pintar tanpa kecuali, tapi…jika mau membiasakan membaca dan terus belajar. Sebab kalian dibekali otak oleh Tuhan. Tahu enggak keajaiban otak itu bisa menyilang-nyilangkan dan menyambung-nyambungkan sesuatu yang tadinya enggak nyambung sama sekali.” 

Saya memberi tugas kepada mereka dengan memberi masing-masing kertas yang berisi tentang kerangka karangan sederhana, temanya mengenai biografi singkat mengenai mereka sendiri. Dan menyebutkan sesuatu nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), konjungsi (kata sambung), dan sebagainya, acak sejumlah 6 kata. 

Orientasi memberi 6 kata acak kepada mereka adalah agar kemampuan daya pikir mereka meningkat dengan cara yang mengasyikkan. Dengan menghubung-hubungkan seperti itu, sebuah data akan tersimpan dan tertanam dalam otak lebih kuat lagi. 

Saya menantang mereka, dengan enam kata acak itu, bisakah menjadi satu paragraf utuh dan nyambung? Mereka senyum-senyum. Tapi ada juga yang terus merangkai enam kata acak itu menjadi satu kalimat utuh dan saling menyambung, sayangnya lewat lisan saja. Ketika saya intruksikan untuk menulis di kertas, cukup lama menantinya. Mereka tak percaya diri, atau mereka ingin karangan mereka sempurna, inilah kendala lamanya. 

keasyikan-hakiki,-sampai-seperti-orang-ngebut-ya
Sedang-berpikir
Semangat-merangkai-tapi-ingin-tulisannya-sangat-bagus
Ingin menulis sempurna adalah masalah bagi penulis pemula. Sebenarnya, untuk memulai menulis itu tidak harus menunggu sempurna. Tapi terkadang hasrat ingin tampil sempurna yang membuat penulis itu sempurna berhenti. Dan itulah yang membuat sering kali penulis pemula gagal dalam menciptakan sebuah karya.

Karena untuk menghemat waktu, kertas-kertas mereka saya tarik semua. Saya berkata kepada mereka, jika sempat akan saya kerjakan sendiri. “Dan tunggu kejutan selanjutnya!” seru saya. Anak-anak senang bukan main saat kerangka karangan mereka akan digarap dan dibentuk sebuah buku cerita. 

“Jika kalian ingin menjadi penulis terkenal di dunia, kalian jangan bosan-bosan membawa catatan kecil atau notes kecil. Sebab, otak juga punya kelemahan, otak bisa mengingat mungkin saja juga tidak. Tapi kalau kalian catat, maka kalian dapat melihatnya kembali ketika lupa. Mencatat juga bisa meningkatkan kemampuan otak, loh!” 

“Jadi, untuk esok hari enggak ada kelas. Sampai nanti saya beri tahu kalian lewat WhatsApp, sambil nunggu saya merangkai kata dari tulisan kalian ini!” jelas saya. 

Saya berkata kepada mereka bahwa mereka bisa menjadi penulis yang hebat sebagaimana Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi. Saya ambil teladan Andrea Hirata, karena menurut saya dia tokoh terkenal dibidang kepenulisan. Tapi lagi-lagi, anak-anak hanya kenal literatur Laskar Pelangi, sebagai judul lagu dari Band Nidji, bukan sebuah buku. 

Young children will follow the habits of adults. if an adult reads a book every day, the little child tries, even tries hard to be able to read and understand.—Saad Pamungkas

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

0 Comment:

Posting Komentar

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422

Email:

admin@mediapamungkas.com