November 12, 2020

Sungkem dengan Direktur Senyum Media
Bersama-Pimpinan-Senyum-Media
Saya awalnya tidak mengenal Pak Kholid Ashari dan bahkan tak terlintas dalam benak. Awal ceritanya saya bisa kenal dengan orang nomor satu di Senyum Media dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy. Terima kasih Pak Muhadjir. 

Waw, jadi Saad kenal dengan Pak Kholid lewat Pak Menteri? 

Bukan! Melainkan dari Instagram, tepatnya akun Info Jember yang meng-screenshot berita CNN mengenai pernyataan Pak Menteri yang mengatakan bahwa jumlah rumah tangga miskin terus meningkat lantaran keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin lain, sehingga memunculkan rumah tangga miskin baru. 

"Sesama keluarga miskin besanan kemudian lahirlah keluarga miskin baru," kata Pak Muhadjir saat menjadi narasumber dalam webinar yang selenggarakan oleh Kowani. 

Lewat akun IG Info Jember, maklumat Pak Muhadjir tersebut banjir komentar dan likes. Sehingga popularitas dari post tersebut muncul di halaman depan akun Instagram saya. 

Berbagai macam komentar rata-rata tidak setuju dengan Pak Menteri. Kemudian perhatian saya berhenti tertaut di komentar yang paling banyak menerima like, jumlah ratusan like dan dikomentari pula oleh puluhan akun-akun lainnya. Akun itu bernama @kholid.ashari, yang sepertinya risi dengan pernyataan Pak Menteri, berkomentar seperti berikut: 

Saya dulu kuliah sambil jualan koran, dapat istri dari keluarga sederhana. Alhamdulillah, sekarang hidup berkecukupan dengan usaha sendiri yang mempekerjakan 160 karyawan tetap, lulusan SMK, D3, dan S1. @kholid.ashari 
Saya langsung terkesima. Siapa insan dibalik nama akun Kholid Ashari itu? Tentunya hidupnya sekarang sejahtera dengan pencapaian tinggi yang bisa jadi cerita membanggakan bagi anak-cucu, jelas merupakan pencapaian yang diinginkan setiap orang. Termasuk saya. Karena penasaran, akhirnya saya buka akun tersebut. Rupanya petinggi Senyum Media,  yakni plaza yang menjual alat tulis kantor, alat rumah tangga, dan komputer. 

Saya sempat maju dan mundur untuk meng-Direct Message (DM) beliau. Dilain sisi rasa penasaran saya tinggi dan bimbang jadi satu, bagaimana tidak? Saya ingin mengungkapkan bahwa kisah Pak Kholid Ashari sangat menginspirasi, dan saya ingin sekali mendengar kisahnya secara langsung. Tapi saya kurang berani sekaligus khawatir tak dibalas. Atau bisa jadi DM saya berada di urutan ratusan DM bersama akun-akun lainnya. Tapi kalau tak diungkapkan, pasti akan terus berputar di kepala saya. 

Dugaan saya benar, berhari-hari tak dibalas DM pribadi saya. Saya memaklumi dan menerima, sebab beliau pasti super sibuk. Saya cukup menghela nafas dan kembali melenggang ke hamparan Bumi. Beraktivitas seperti biasa.

Hari berganti minggu, dan bulan berlalu begitu saja. Membuat saya lupa tentang Pak Kholid Ashari. Suatu hari ada seorang dosen meng-upload video di platform Youtube sedang berdialog mengenai sesuatu hal. Kebetulan saya meng-subcribe channel dosen tersebut. Dalam video tersebut Pak Dosen berdialog dengan sosok yang membuat ingatan saya tumbuh, bukankah itu Pak Kholid Ashari? Ya, itu beliau. Kemudian perhatian saya berlanjut agar memori saya tentang Pak Kholid Ashari tidak terbiar begitu saja. 

Saya nekad meng-whatsApp Pak Dosen, menghendaki informasi lebih mengenai Pak Kholid Ashari. Diluar dugaan, Pak Dosen meluluskan permintaan saya tersebut. 

Singkat cerita, Pak Kholid Ashari menerima sambutan salam saya lewat medsos, kemudian beliau mengatur janji, tepatnya Selasa petang, tanggal 10 November 2020, di Senyum Media di Jalan Kalimantan. 

Jam 15:37, saya sudah di Senyum Media. Dengan perasaan gugup, saya menanti giliran untuk bertemu dengan orang nomor wahid di Senyum Media itu. Waktu itu beliau sedang menerima tamu. Saya duduk di ruang tunggu. Setelah belasan menit kemudian, tamu-tamu Pak Kholid angkat badan, saat itu pula untuk pertama kalinya saya bisa bersalaman dengan Pak Kholid. 

Diluar dugaan, rupanya beliau sangat low profile. Ramah sekali. Bahkan foto selfie bersama awalnya memakai HP saya, karena bagi saya bertemu dengan beliau adalah momen yang istimewa dan sayang kalau tidak didokumentasikan. Melihat kamera HP saya yang buram (bukan karena kamera HP yang kotor atau terdapat debu yang menempel, tapi memang HP keluaran lama) maka Pak Kholid tergerak untuk berselfie memakai HP milik beliau. Saya sampai malu. 

Panjang sekali saya menerima pengalaman hidup dari beliau. Jika ditulis di website ini diperlukan waktu yang cukup panjang atau jika berwujud buku pasti tebal sekali halamannya; dengan ratusan halaman dan puluhan ribu kata. 

Pelajaran hidup yang bisa saya petik dari beliau adalah perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga, kunci utamanya pada orang tua. Kesuksesan yang diraih Pak Kholid saat ini pun terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua beliau, yakni kemandirian. Sehingga beliau menerapkan pula di anak-anak beliau. 

Senyum media di jalan kalimantan
Senyum Media di Jalan Kalimantan, Jember.

senyum media jember
Lokasi yang strategis, jalan yang selalu ramai.

Bersama-Pimpinan-Senyum-Media
Alhamdulillah, bisa berbagi kisah sukses dengan Pak Kholid Ashari (kiri).

Bersama-Pimpinan-Senyum-Media
Senyum Media di Jalan Trunojoyo, Jember.

Bersama-Pimpinan-Senyum-Media
Dari kaki lima, menjelma besar seperti ini.

Orang tua beliau bahkan memberi empat syarat ketika beliau hendak kuliah, yakni; harus jauh dari orang tua, teman, saudara, dan tetangga. Artinya kuliah yang jauh. Hidup sendiri. Berkembang sendiri. Dan kudu sukses! 

Dari riwayat kuliah beliau saya bisa mengambil pelajaran bahwa jangan takut merantau sekaligus kuliah. Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh selama merantau. Manfaatnya bisa Anda simak dengan klik di jurnal MANFAAT MERANTAU.

Dari kisah hidup Pak Kholid sebelum sukses, emosi saya teraduk-aduk demi frasa-frasa: kamar mandi terpanjang di dunia, makan makanan sesajen, celana yang selalu biru dan cokelat, tidak kenal sama orang Jawa Timur kecuali Pak Gubernur Wahono, uang warisan dua ratus ribu dan masih banyak kisah lainnya.

Seperti kisah beliau yang makan makanan sesajen. 

Begini kisahnya, dulu beliau ketika masih di bangku kuliah, secara ekonomi masih tergolong susah--kalau tidak mau dibilang sangat-sangat susah. Saya menyebut usaha Pak Kholid yang sukses ini bukan dimulai dari nol, tapi minus. Sebab untuk makan saja kesulitan. Pak Kholid Ashari ketika muda pernah kos di persekitaran Jalan Kalimantan. Di sana beliau menemukan cara agar perutnya tidak keroncongan pada waktu malam hari. Bu kos atau pemilik kosan itu tergolong baik dengan Pak Kholid muda. Termasuk memberi Pak Kholid muda dengan makanan yang siap saji di atas meja makan dan itu free, tanpa harus bayar sepersen pun. Tapi Bu Kos di sini iktikadnya dengan memberi makan gratis sebenarnya bukan untuk Pak Kholid, tapi lebih dikhususkan untuk arwah suami Bu Kos yang telah meninggal dunia. 

Katanya Bu Kos kepada Pak Kholid, "Kamu bisa makan makanan sesajen ini, asal setelah isya, ya. Karena Bapak datangnya setelah magrib." Maksud "Bapak" disini adalah suami Bu Kos yang telah meninggal. Awalnya Pak Kholid ngeri dan bergidik mendengar penjelasan Bu Kos itu. Tapi, karena desakan perut yang tak tertolong itu, apa boleh buat memakan makanan sesajen itu. Sebelum akhirnya beliau bisa tidur pulas karena sudah kenyang.

makan makanan sejajen literasi saad pamungkas
Contoh makanan sesajen (photo: ms.wikipedia.org)

Nah, itu adalah satu diantara banyak kisah yang saya terima dari beliau. Banyak cerita-cerita yang membuat saya geleng-geleng, karena rupanya Pak Kholid sungguh payah sekali memulai usahanya.   

Saya merasa malu karena kegetiran hidup saya tak seberapa dibanding dengan Pak Kholid dulu.

Intinya, kesuksesan itu tidak bisa diraih dengan cara instan. Bahkan tidak ada hal yang benar-benar instan di dunia ini. Sebutlah mie instan dan kopi instan. Cara membuat mie instan, langkah pertama hidupkan kompor. Boro-boro mau disajikan. Kompornya tidak menyala? Gasnya mungkin habis. Kopi instan? Baik, untuk membuat kopi instan kita harus membuat air panasnya dulu baru diseduh. 

Well, yang berhubungan dengan kudapan saja sudah lumayan rumit begitu, apalagi yang berhubungan dengan kehidupan dan perencanaan masa depan. Semua butuh proses. 

Dilain kesempatan, insyaa Allah, saya akan kupas lagi kisah Pak Kholid dalam bentuk tulisan yang agak panjang dari ini. Agar persepsi orang—khususnya saya—mengenai menjadi pengusaha adalah jalur karir yang sangat gampang dan enak untuk dijalani. Padahal, sisi yang mereka lihat hanyalah dari sudut pandang kesuksesan. Perjalanan yang ditempuh oleh Pak Kholid sangat berat. Pak Kholid—menurut saya—memulai usahanya dari minus. 

Terima kasih Pak Kholid Ashari atas dua jam lebih berbagi cerita inspiratif. Semoga Senyum Media semakin berkembang dan maju. Dan murah rezeki buat njenengan sekeluarga, Pak. Aamiin.
Jika orang melihat saya sukses dan bahagia. Coba kembali lagi ke belakang sebelum saya menjadi sukses, apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Banyak perjalanan terjal, tangisan, derita yang sudah saya lalui, yang akhirnya bisa memiliki kata sukses ini. —Kholid Ashari.


PS: Pembaca budiman, apakah Anda tertarik dengan kelanjutan kisah sukses pengusaha Jember ini? Jika iya, tinggalkan komentar ya...

Gemar menulis dan membaca dua aktivitas ini yang menjadi kendaraan saya menjadi penulis, untuk menambah kenalan di Tanah Air maupun luar negeri, yang punya passion sama dibidang literasi.

20 Comment:

  1. Dulu kiosknya kecil di seberang kampus saya. Saat itu saya mengelola perpustakaan Unmuh Jember.

    BalasHapus
  2. Alurnya enak untuk diteruskan, yang biasanya cuman baca judul terus langsung skip, ini membikin hanyut terikut sampai ujung, dengan kesaksian narasumber langsung, mematahkan anggapan miskin + miskin = miskin.Jabatan seseorang tidak selalu menentukan sosok kelas tertentu, sikap perbuatan yang menentukan juri... Dan jika sikap perbuatan sepadan dengan kelas tertentu itu bonus, dan jika ada titel yang di sandang itu bonus ++, terus berkarya jangan minder dengan keadaan karena miskin + miskin = miskin... Tapi ingatlah bahwa :
    (-)+(-)=+. "Buku adalah jendela dunia. Hanya orang yang mau membuka wawasan dan tidak menjadi tempurung akan menghargai buku"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah bersedia mampir dan memberi ulasan yang sangat bagus.

      Komentar Anda membangun dan sangat setuju bahwa minus tambah minus itu positif. Minus dalam artian kita sulit akan tetapi kita pantang menyerah, kelak yang ditemui adalah positif.

      Semoga Allah melindungi kita dan memberi jalan yang mudah dalam meraih cita-cita...

      Hapus
  3. Balasan
    1. Maaf, insyaa Allah kedepannya, kalau Pak Kholid sudah longgar.

      Hehe.

      Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  4. Panjang 😁 tapi menarik untuk lanjut dibaca. Intinya setiap orang bisa merubah kehidupannya jadi lebih baik jika mereka mau berusaha dan berdoa. 🤲🏻

    👍🏻👍🏻👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, usaha dan doa adalah kombinasi yang ampuh meraih kesuksesan.

      Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  5. Sangat menginspirasi 👍👍👍

    BalasHapus
  6. Mantap...sering2 share hal2 positif👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir. Insyaa Allah, doakan website ini langgeng dan bisa share konten yang sederhana.

      Hapus
  7. Lanjutin mas... Ceritanya inspiratif sekali... Bacanya jadi banyak belajar... 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca cerita inspiratif ini.

      Saya bersyukur tulisan ini bisa menginspirasi. Saya pribadi juga trinspirasi dengan Pak Kholid Ashari ini. Betapa beliau sangat minus kondisinya sebelum meraih kesuksesan seperti sekarang ini.....

      Barakallah....

      Hapus
  8. Barokallah, bisa bertemu orang yang bisa menginspirasi, memotivasi, dan tentunya bisa menjadi panutan dalam membangun ekonomi berkemanfaatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak.

      Saya juga beruntung sekali bertemu dengan Pak Kholid. Beliau telah mentransfer semangat ke saya pribadi yang merasa sudah banting tulang meraih kesuksesan, tapi dilalah ada yang lebih sulit kerja kerasnya dibanding saya, yakni kisah dari Pak Kholid Ashari ini.

      Hapus
  9. apakah ini bisa berlanjut ke buku biografi? Sangat ditunggu, mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diterawang nih kayaknya ya. Hehe...
      Ditunggu aja ya, Kak. hehe...

      Hapus
  10. Quotes penutup yang ngena banget. Seringnya orang lain hanya melihat apa yang sekarang telah ada sekarang dan lupa dg segenap pengorbanan serta usaha yg telah dilakukan beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, layaknya kupu-kupu yang bermotif indah, ketika belum metamorfosis banyak yang tak suka dengan dirinya.


      Terima kasih telah berkunjung.

      Hapus

Contact

Kirim saya Email

Hubungi

ContactInfo

Secara etimologis, kata literasi (literacy)berasal dari bahasa Latin “literatus” yang artinya adalah orang yang belajar. Literasi erat hubungannya dengan proses membaca dan menulis. Namun, seiring berjalannya zaman, literasi mengalami perkembangan definisi yang baru, diantaranyaliterasi sains,literasi digital,literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Khusus di website ini, membahas tentang literasi baca dan tulis atau manfaat berjejak hidup lewat kata.

Alamat:

Jln. Sunan Bonang No. 42A, Jember.

Phone:

+62 812 3254 8422